Febrina Nur Sulistiyawati (10508078)
Devie Wahyu Wulandari (10508057)
Melly Widiastuti (10508134)
Esther Markus (10508070)
Hanna Amalita (10508097)
Bencana alam merupakan salah satu hal yang dapat datang kapan saja dan terkadang hal tersebut sulit diprediksi kapan datangnya sehingga membuat beberapa pihak kurang siap untuk membuat pengungsian sementara maupun bantuan-bantuan lain yang dibutuhkan oleh para pengungsi. Contohnya seperti bencana alam meletusnya Gunung Merapi yang belum lama ini terjadi, meskipun sudah ada alarm tanda bahaya jika ada peningkatan status pada Gunung Merapi dan sudah ada pula penunjuk-penunjuk jalan untuk mengarahkan mereka untuk evakuasi bencana tetapi tetap saja masih banyak korban jiwa berjatuhan dan mengalami kerugian materil karena tidak ada yang tahu seberapa besar gempa yang terjadi, sejauh mana awan panas (wedus gembel) berhembus, sejauh mana lahar panas maupun lahar dingin mengalir bahkan seberapa jauh abu vulkanik menghujani daerah-daerah sekitar bencana. Maka tidak heran jika peristiwa tersebut membuat para pengungsi mengalami stress, depresi, putus asa bahkan ada pula yang menjadi gila atas trauma yang mereka hadapi. Bencana alam merupakan salah satu pemicu terjadinya PTSD (posttraumatic stress disorder), apalagi bagi korban yang kehilangan harta benda sekaligus dengan orang-orang yang dicintainya meskipun mayoritas otang yang mengalami trauma tidak lantas berlanjut menderita PTSD. Bahkan sebagian besar menderita gangguan stress akut jika stresor menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam keberfungsian sosial dan pekerjaan selama kurang dari satu bulan. Oleh karena itu, membuat pengungsian yang lebih manusiawi dan lebih layak bagi para pengungsi sangatlah dibutuhkan untuk menghindari stress berkepanjang.
Menurut kami, pengungsian yang layak tidak hanya memenuhi keperluan sehari-hari mereka seperti makan, minum, air bersih, selimut, obat-obatan, dll tetapi pihak relawan ataupun pemerintah juga harus memikirkan kesehatan psikologis para pengungsi terutama bagi anak-anak yang mudah trauma dengan bencana alam tersebut. Seperti contohnya, anak mengalami gangguan tidur dengan mimpi buruk tentang monster pun umum terjadi, sebagaimana juga perubahan perilaku misalnya seorang anak yang semula periang menjadi kasar dan agresif. Beberapa anak yang mengalami trauma mengalami trauma mulai berpikir bahwa mereka tidak akan hidup hingga mencapai usia dewasa. Beberapa anak juga kehilangan keterampilan perkembangan yang sudah dikuasai seperti berbicara atau menggunakan toilet. Terakhir, anak-anak jauh lebih sulit berbicara tentang perasaan mereka dibanding dengan orang dewasa.
Masalah dan stress yang dialami oleh anak-anak dengan orang dewasa saat bencana alam terjadi pastilah berbeda. Untuk menangani anak-anak dalam mengurangi ketegangan-ketegangan terhadap peristiwa bencana atau evakuasi yang terjadi, relawan atau bahkan sesama pengungsi bisa saja dengan mengajak mereka bermain bersama. Dengan mengajak tersenyum dan tertawa akan cukup menghibur mereka kecuali jika anak tersebut mengalami trauma dengan tingkat yang cukup parah seperti kehilangan keluarga yang membuat anak tersebut sangat terguncang psikologisnya maka ia membutuhkan perhatian khusus penanganannya dan akan lebih bagus lagi jika ditangani oleh orang-orang yang lebih kompeten dalam bidangnya misalnya psikolog. Namun bagi orang dewasa, masalah yang dihadapi ketika bencana alam terjadi lebihlah kompleks, seperti para pengungsi bencana alam di Gunung Merapi, mereka sedih ketika kehilangan keluarga, harta benda dan tidak mendapatkan penghasilan selama mengungsi sehingga ada beberapa pengungsi Merapi yang rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk keluar pada siang hari dari pengungsian dan menuju rumah yang mereka tinggali untuk mengurus hewan ternak mereka ataupun mengurus sawah atau kebun mereka dan ada pula yang tetap nekat untuk mengeruk tambang pasir agar mereka tetap memiliki penghasilan karena tabungan mereka sudah terkuras ketika harus mengungsi.
Menurut kami, ada salah satu cara yang dapat mengurangi ketegangan yang dialami pengungsi (baik anak-anak maupun dewasa) dan mencegah agar sttress yang dialami tidak berkepanjangan adalah dengan membuat kesibukan baru bagi mereka sehingga mereka tidak hanya duduk diam di pengungsian dan melamun atas nasib yang mereka hadapi dan di samping itu juga mereka akan mendapatkan penghasilan dari kesibukan baru tersebut. Caranya adalah dengan mengajak mereka untuk mengembangan kreativitas mereka dengan membuat kerajinan tangan sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Dalam mengembangan kreativitas seseorang dibutuhkan beberapa pendekatan yang biasa disingkat menjadi 4P antara lain :
1. Pribadi
Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif dari para pengungsi. Bagi anak-anak, mereka bisa saja di ajak menggambar, melukis, mewarnai, membuat kerajinan kipas, gantungan kunci, aksesoris manik-manik atau apa saja yang mereka inginkan. Bagi orang dewasa bisa saja membuat kerajinan yang sama dengan yang dibuat anak-anak atau ditambahkan lagi seperti menyulam, menjahit baju, membatik kain, membuat tas dari kain perca, membuat keset dari kain perca atau apa saja yang mereka inginkan dan akan lebih bagus lagi jika mereka dapat membuat sesuatu yang khas dari tempat tinggal mereka. Mungkin bagi para lelaki mereka lebih tertarik dengan membuat perkakas, perabotan rumah tangga seperti lemari buku, lemari baju, meja, kursi dll. Tidak sebatas dengan kerajinan tangan saja, tetapi mereka juga dapat membuat karya sastra seperti puisi, aransemen musik maupun lirik lagu.
2. Pendorong
Untuk mewujudkan bakat kreatif seseorang diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Disinilah peran serta pemerintah ataupun para sukarelawan dibutuhkan, salah satunya adalah dengan memberikan mereka modal atau bahan-bahan yang mereka butuhkan.
3. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, pengungsi perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif dan memberi kebebasan untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Dalam proses ini di harapkan, dengan pengungsi menyibukan dirinya secara aktif maka mereka mempunyai kesibukan baru yang positif selama di pengungsian dan tidak kehilangan makna hidup mereka.
4. Produk
Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa menghargai produk kreativitas dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya mereka. Peran pemerintah dan sukarelawan tidak berhenti pada modal saja, tetapi mereka juga dapat membuatkan pameran di kota-kota besar seperti di Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Medan dll dengan harapan akan banyak penonton atau pembeli yang hadir. Namun jika, terbatasnya dana maka bisa saja pameran tersebut diselenggarakan di daerah bencana tetapi pilihlah tempat-tempat yang sekiranya ramai dan dapat menarik perhatian banyak pengunjung. Dalam pameran tersebut di pamerkan dan di jual hasil kerajianan tangan yang dibuat oleh para pengungsi. Selain itu dapat pula dibuat live performance dari para pengungsi bagi mereka yang ingin membawakan hasil karya puisi, lagu maupun musik mereka atau dapat pula karya-karya tersebut disatukan menjadi musikalisasi puisi atau drama musikal. Apabila terdapat suatu hasil karya yang pantas di lelang seperti lukisan atau hasil batik yang indah, maka pihak penyelenggara dapat juga membuatkan acara lelang dan karya tersebut akan diberikan pada hadirin yang menawar dengan tawaran tertinggi.
Hasil dari penjualan kerajinan tangan, pembelian tiket dan hasil lelang tersebut dapat disumbangkan bagi para pengungsi untuk kelangsungan hidup mereka selama di pengungsian (jika mereka masih harus mengungsi) maupun modal untuk membangun kembali rumah atau lahan usaha mereka yang rusak (jika mereka sudah tidak lagi di pengungsian). Selain itu, program ini juga dapat digunakan untuk mengembangan bakat dan kreativitas yang mereka miliki selama berada di barak pengungsian. Dengan harapan kreativitas mereka dapat terus dikembangan dan dapat membantu mereka jika mereka ingin membuat usaha baru karena tidak sedikit dari korban bencana alam yang kehilangan lahan mata pencahariannya.
Diharapkan pengembangan kreativitas ini tidak hanya digunakan korban bencana alam di Gunung Merapi saja, tetapi dapat juga digunakan di bencana alam lainnya meskipun kami tidak berharap akan ada bencana lama lainnya.
Semoga Bermanfaat
Minggu, 19 Desember 2010
Jumat, 08 Oktober 2010
FOOTSAL YANG MENYENANGKAN
Di sore hari yang mendung, saya mendatangi seseorang yang mepunyai hobi berolahraga footsal. Ia mengikuti banyak kelompok dalam footsal, ada kelompok yang terbentuk dari rumah, sekolah, dan kampusnya. Tapi, saat ini saya akan membahas kelompoknya yang terdapat dirumahnya yaitu bernama Bolo footsal. Sebelumnya saya akan membahas sedikit tentang apa itu footsal. Footsal sama seperti sepakbola identik dengan permainan kaki. Footsal merupakan suatu permainan yang mengalir begitu saja tana adanya persiapan khusus yang artinya seorang pemain harus melakukan improvisasi untuk menghadai situasi yang bakal berubah dalam pertandingan. Footsal dan sepakbola serupa namun tak sama. Dilihat dari bentuk lapangan yang berbeda, footsal mempunyai lapangan lebih kecil daripada sepakbola dan footsal berada di indoor. Footsal lebih menekankan pada kemampuan (skill) dibandingkan fisik. Bola yang lebih kecil dan ringan menjadi instrument yang bagus dalam membantu mengembangkan teknik individu. Selain itu jumlah pemain yang sedikit yaitu sebanyak 5 orang dalam satu regu membuatnya saling membantu dan harus memiliki mental serta karakter bertahan dan menyerang. Semua pemain footsal sadar, mereka tidak boleh santai tapi harus aktif karena ermainan footsal butuh peran aktif dari seluruh pemain. Footsal termasuk permainan cepat yaitu ketika pemain terus bergerak ketimbang menunggu datangnya bola. Apalagi dengan kondisi lapangan yang kecil, maka sering terjadi gol dalam jumlah banyak yang dicetak yang dihasilkan oleh pemain berbeda.
Bolo footsal terbentuk dari keseringan mereka pada nongkrong didepan salah satu warung yang terletak di kayuringin (pastinya warung yang terdekat dengan rumah mereka ya..). kemudian dari obrolan-obrolan mereka tercetuslah untuk membuat kelompok footsal. Ketika saya bertanya,“Apa nama kelompok footsal saudara?” narasumber menjawab,“namanya Bolo footsal”. Lucu ya, karena penasaran saya bertanya, “Mengapa kalian beri nama Bolo?” dengan muka sedikit bingung narasumber menjawab, “spontan aja gitu keluar namanya, terlihat unik dan anak-anaknya pada setuju semua ya sudah kita pakai deh”. Bolo footsal yang dilatih oleh seorang pelatih bernama Encam berumur 25 tahun terbentuk sekitar bulan Mei 2010 dan pertama kali beranggotakan 11 orang sekarang sudah bertambah menjadi 20-an orang namun yang aktif hanya 15-an orang saja dengan range umurnya 17-22 tahun. Walaupun baru sedikit anggotanya tapi mereka kompak baik dalam bertanding maupun pada saat nongkrong. Memang team ini belum banyak pengalaman dan bukan team unggulan namun mereka haus akan kemenangan. Oh iya, mereka juga punya motto lho, “datang bertanding untuk menang”.
“Aktivitas apa saja yang team saudara lakukan?” Tanya saya, kemudian jawab narasumber ”ada physical training, tactical training, terus footsal games, friendly match, kadang ikutan footsal competition”. Walaupun tergolong baru team ini tapi mereka juga pernah menang lho melawan team yang terkenal seperti Merpati club pada Champion Footsal. Dengan tujuan yang sama, untuk mengikuti kompetisi footsal yang bergengsi, Mereka juga rajin latihan 2x seminggu yaitu setiap hari Selasa dan Jumat, pukul 19.00-21.00 wib. “kita tuh pada patungan semua buat sewa lapangan, terus buat biaya pertandingannya pas pendaftaran“, jawab narasumber ketika ditanyai dana darimana untuk latihannya. Biarpun kompak, namanya masalah-masalah kecil tetap ada lho, seperti adanya missed communication antar pemain, terus juga suka kesal kalau pas pertandingan ada posisi bagus buat dioper tapi ga dioper bolanya. Ketika kalah dalam pertandingan, mereka tidak menyerah namun mengevaluasi kembali kesalahan-kesalahan apa saja yang membuat team mereka kalah.
Berolahraga memang sangat penting untuk kesehatan jasmani, apalagi jika didukung oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Dengan bermain footsal, kita juga bisa menjalin persahabatan dan persaudaraan. Demikian hasil wawancara saya dengan narasumber.
Bolo footsal terbentuk dari keseringan mereka pada nongkrong didepan salah satu warung yang terletak di kayuringin (pastinya warung yang terdekat dengan rumah mereka ya..). kemudian dari obrolan-obrolan mereka tercetuslah untuk membuat kelompok footsal. Ketika saya bertanya,“Apa nama kelompok footsal saudara?” narasumber menjawab,“namanya Bolo footsal”. Lucu ya, karena penasaran saya bertanya, “Mengapa kalian beri nama Bolo?” dengan muka sedikit bingung narasumber menjawab, “spontan aja gitu keluar namanya, terlihat unik dan anak-anaknya pada setuju semua ya sudah kita pakai deh”. Bolo footsal yang dilatih oleh seorang pelatih bernama Encam berumur 25 tahun terbentuk sekitar bulan Mei 2010 dan pertama kali beranggotakan 11 orang sekarang sudah bertambah menjadi 20-an orang namun yang aktif hanya 15-an orang saja dengan range umurnya 17-22 tahun. Walaupun baru sedikit anggotanya tapi mereka kompak baik dalam bertanding maupun pada saat nongkrong. Memang team ini belum banyak pengalaman dan bukan team unggulan namun mereka haus akan kemenangan. Oh iya, mereka juga punya motto lho, “datang bertanding untuk menang”.
“Aktivitas apa saja yang team saudara lakukan?” Tanya saya, kemudian jawab narasumber ”ada physical training, tactical training, terus footsal games, friendly match, kadang ikutan footsal competition”. Walaupun tergolong baru team ini tapi mereka juga pernah menang lho melawan team yang terkenal seperti Merpati club pada Champion Footsal. Dengan tujuan yang sama, untuk mengikuti kompetisi footsal yang bergengsi, Mereka juga rajin latihan 2x seminggu yaitu setiap hari Selasa dan Jumat, pukul 19.00-21.00 wib. “kita tuh pada patungan semua buat sewa lapangan, terus buat biaya pertandingannya pas pendaftaran“, jawab narasumber ketika ditanyai dana darimana untuk latihannya. Biarpun kompak, namanya masalah-masalah kecil tetap ada lho, seperti adanya missed communication antar pemain, terus juga suka kesal kalau pas pertandingan ada posisi bagus buat dioper tapi ga dioper bolanya. Ketika kalah dalam pertandingan, mereka tidak menyerah namun mengevaluasi kembali kesalahan-kesalahan apa saja yang membuat team mereka kalah.
Berolahraga memang sangat penting untuk kesehatan jasmani, apalagi jika didukung oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Dengan bermain footsal, kita juga bisa menjalin persahabatan dan persaudaraan. Demikian hasil wawancara saya dengan narasumber.
Senin, 07 Juni 2010
Es Mangga Leci
Bahan :
250 gr mangga indramayu yang masih mengkal
200 gr leci kaleng
1/2 sdt garam
250 gr gula pasir
500 ml air
Es batu
Cara membuat :
•Sirup : rebus air dan gula pasir hingga kental, dinginkan, sisihkan.
•Kupas magga, rendam dalam air garam yang sudah diberi sedikit air kapur sirih selama 5 menit, tiriskan. Parut mangga tipis memanjang, remas-remas dengan garam, bilas bersih.
•Rendam dalam air gula yang sudah dingin, biarkan semalaman hingga rasanya asam manis.
•Penyajian : tuangkan mangga bersama sirupnya dalam gelas. Tambahkan leci dan es batu secukupnya.
Selamat mencoba !
250 gr mangga indramayu yang masih mengkal
200 gr leci kaleng
1/2 sdt garam
250 gr gula pasir
500 ml air
Es batu
Cara membuat :
•Sirup : rebus air dan gula pasir hingga kental, dinginkan, sisihkan.
•Kupas magga, rendam dalam air garam yang sudah diberi sedikit air kapur sirih selama 5 menit, tiriskan. Parut mangga tipis memanjang, remas-remas dengan garam, bilas bersih.
•Rendam dalam air gula yang sudah dingin, biarkan semalaman hingga rasanya asam manis.
•Penyajian : tuangkan mangga bersama sirupnya dalam gelas. Tambahkan leci dan es batu secukupnya.
Selamat mencoba !
MENCERDASKAN MENTAL ANAK
Anak-anak yang mudah menyerah, cengeng, kecil motivasi juangnya untuk berprestasi, serta mudah tergoda, bisa dibilangkarena kecerdasan mental (adversitasnya) kurang. Padahal selain IQ dan EQ, kecerdasan yang disebut Adversity Quotient (AQ) juga menentukan keberhsilan. Paul G.Stoltz Phd, konsultan bisnis yang sudah dikenal secara international, penulis buku Adversity Quotient “Mengubah Hambatan Menjdi Peluang” meyakini factor ini sangat signifikan untuk kesuksesan seorang anak. Kemampuan seseorang dalam mengatasi kesulitan diukur dengan AQ.
AQ menurutnya adalah seperangkat instrumen (pola asuh) untuk membantu seseorang agar tetap gigih melalui saat-saat yang penuh tantangan. Orang yang tahan banting kata Paul yng juga president of peak learning incorporated, tidak akan terlalu menderita terhadap akibat negative yang berasal dari kesulitan.
Kemampuan ini harus dibangun sejak seseorang masih kanak-kanak. Sayangnya, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa sikap tak berdaya telah diajarkan pda anak-anak sejak dini. Orang tua atau penyediaan pengasuh yang serba membantu ank, secara tak langsung mengajarkan ketakberdayaan. Guru yang membantu muridnya dalam ujian dengan menyediakan jawaban soal-soal, membuat anak enggan berusaha karena sudah merasakan ia toh akan lulus juga.
Pola asuh dan pola didik menurut Paul harus diubah dengan cara-cara yang dapat membangun kekuatan mental dan daya juang anak. Diantara caranya adalah:
Bangun motivasi dan optimisme
Ajari anak untuk selalu berpandangan dan bersikap positif. Misalnya, melakukan sesuatu yang sulit, katakanlah “cobalah dulu. Ini tak sesulit yang kamu bayngkan kok. Pasti kamu bisa.” Anak yang diajarkan optimis dan mendapat motivasi yang cukup, dimasa dewasanya akan menjadi pribadi yang produktif, selalu punya energi dan kemauan untuk belajar, serta memiliki kebernian mengambil resiko.
Melatih anak menghadapi kesulitan
Kesulitan pasti ada dalam hidup ini. Tetapi bagaimana agar saat anak berhadapan dengan hambatan atau kesulitan tak langsung menyerah. Jangan ajarkan anak ketergantungan. Biarkan ia menyelesaikan masalahnya. Caranya dengan mengasah panca inderanya. Misalnya kalau sering diusilin temannya, mintalah ia memerhatikan saat-saat temannya menjadi nakal dan usil, lalu waspadalah pada saat tersebut. Atau ia ingin memiliki benda tertentu? Mintalah ia berpikir bagaimana mendapatkannya. Secara tak langsung anda mengasah indera anak untuk siap menghadapi kesulitan.
Melatihnya memilih dan menentukan
Ada banyak pilihan yang menggoda kita, apalagi anak-anak. Tapi ajarilah memilih yang perlu dan dibutuhkannya. Missal, menginginkan beberapa item benda, katakana untuk memilih satu saja yang benar-benar dibutuhkannya. Ingin ganti HP dengan yang lebih bagus, minta tambah uang sakunya, ajarkan untuk memberi penjelasan dan menganalisa sehingga anak akhirnya bisa menentukan perlu atau tidaknya.
Latihan menganalisa kegagalannya
Mengecamnya dengan kata-kata pedas? Tidak perlu. Tapi mintalah ia menganalisa mengapa ia gagal. Mengapa nilainya jelek, mengapa ditegur guru, mengapa tak mau bila diminta membantu ayah-ibu? Biarkan anak menjawab sendiri apa masalahnya. Dengan demikian ia akan tahu sebenarnya apa masalahnya dan bagaimana jalan keluarnya.
Orang tua sebagai model
Orang tua adalah contoh konkret tempat anak bercermin. Bila anda tak mudah menyerah, tidak cengeng (tak mudah mengeluh) bila menghadapi masalah dan kesulitan, tidak serba membantu anak missal mengerjakan PR anak karena ingin nilainya bagus dan sebagainya, anakpun akan mengopi sifat anda.
AQ menurutnya adalah seperangkat instrumen (pola asuh) untuk membantu seseorang agar tetap gigih melalui saat-saat yang penuh tantangan. Orang yang tahan banting kata Paul yng juga president of peak learning incorporated, tidak akan terlalu menderita terhadap akibat negative yang berasal dari kesulitan.
Kemampuan ini harus dibangun sejak seseorang masih kanak-kanak. Sayangnya, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa sikap tak berdaya telah diajarkan pda anak-anak sejak dini. Orang tua atau penyediaan pengasuh yang serba membantu ank, secara tak langsung mengajarkan ketakberdayaan. Guru yang membantu muridnya dalam ujian dengan menyediakan jawaban soal-soal, membuat anak enggan berusaha karena sudah merasakan ia toh akan lulus juga.
Pola asuh dan pola didik menurut Paul harus diubah dengan cara-cara yang dapat membangun kekuatan mental dan daya juang anak. Diantara caranya adalah:
Bangun motivasi dan optimisme
Ajari anak untuk selalu berpandangan dan bersikap positif. Misalnya, melakukan sesuatu yang sulit, katakanlah “cobalah dulu. Ini tak sesulit yang kamu bayngkan kok. Pasti kamu bisa.” Anak yang diajarkan optimis dan mendapat motivasi yang cukup, dimasa dewasanya akan menjadi pribadi yang produktif, selalu punya energi dan kemauan untuk belajar, serta memiliki kebernian mengambil resiko.
Melatih anak menghadapi kesulitan
Kesulitan pasti ada dalam hidup ini. Tetapi bagaimana agar saat anak berhadapan dengan hambatan atau kesulitan tak langsung menyerah. Jangan ajarkan anak ketergantungan. Biarkan ia menyelesaikan masalahnya. Caranya dengan mengasah panca inderanya. Misalnya kalau sering diusilin temannya, mintalah ia memerhatikan saat-saat temannya menjadi nakal dan usil, lalu waspadalah pada saat tersebut. Atau ia ingin memiliki benda tertentu? Mintalah ia berpikir bagaimana mendapatkannya. Secara tak langsung anda mengasah indera anak untuk siap menghadapi kesulitan.
Melatihnya memilih dan menentukan
Ada banyak pilihan yang menggoda kita, apalagi anak-anak. Tapi ajarilah memilih yang perlu dan dibutuhkannya. Missal, menginginkan beberapa item benda, katakana untuk memilih satu saja yang benar-benar dibutuhkannya. Ingin ganti HP dengan yang lebih bagus, minta tambah uang sakunya, ajarkan untuk memberi penjelasan dan menganalisa sehingga anak akhirnya bisa menentukan perlu atau tidaknya.
Latihan menganalisa kegagalannya
Mengecamnya dengan kata-kata pedas? Tidak perlu. Tapi mintalah ia menganalisa mengapa ia gagal. Mengapa nilainya jelek, mengapa ditegur guru, mengapa tak mau bila diminta membantu ayah-ibu? Biarkan anak menjawab sendiri apa masalahnya. Dengan demikian ia akan tahu sebenarnya apa masalahnya dan bagaimana jalan keluarnya.
Orang tua sebagai model
Orang tua adalah contoh konkret tempat anak bercermin. Bila anda tak mudah menyerah, tidak cengeng (tak mudah mengeluh) bila menghadapi masalah dan kesulitan, tidak serba membantu anak missal mengerjakan PR anak karena ingin nilainya bagus dan sebagainya, anakpun akan mengopi sifat anda.
DAMBAKAN SESUATU MELEBIHI DUNIA FISIK TIDAK KEKAL INI
DAMBAKAN SESUATU MELEBIHI DUNIA FISIK TIDAK KEKAL INI
Kehidupan fisik tidak berlangsung lama, tetapi mengapa semua orang sangat kuatir dengan kehidupan fisik ini. Karena kehidupan fisik, mereka kemudian berperang. Karena tubuh fisik yang berlangsung sebentar saja, mereka saling membunuh. Ini adalah fenomena yang paling tidak dapat dipahami darikehidupan manusia.
Jika anda makan lebih banyak dari tahun lalu atau dari kemarin, maka saya mungkin dapat mengerti. Pada saat itu anda mungkin terlihat lebih baik, lebih gemuk tapi berapa lama ini akan bertahan? Pada akhirnya Anda akan pergi satu meter ke bawah tanah atau menjadi debu, tergantung dimana Anda akan tinggal. Atau Anda digantung di langit-langit dan orang lain kemudian memanfaatkan tubuh Anda. Di beberapa tempat masih ada orang yang memakan orang!
Jadi semua dari kita akan menjadi makanan cacing atau makanan ikan bila di air. Inilah akhir dari tubuh fisik. Mengapa begitu banyak karma atau penderitaan? mengapa kita menciptakan begitu banyak penderitaan untuk orang lain meelalui peperangan atau perkelahian hanya untuk tubuh fisik yang tidak abadi ini? Menjadi seorang presiden pun, berapa lama akan bertahan? Berapa lama suatu posisi akan bertahan dalam tubuh fisik ini? Kebanyakan orang menggunakan tubuh fisik ini untuk bertahan, makan, memakai baju yang lebih bagus dari tetangga, mobil yang lebih cepat, atau memiliki kekuasaan yang lebih dari orang lain.
Mereka kemudian membunuh, menyiksa, dan membuat orang lain menderita, bukan hanya hewan saja. Hewan-hewan tidak berdaya dan telah menjadi korban kekejaman manusia sejak dahulu kala. Itu saja tida cukup, manusia bahkan membunuh sesamanya sendiri yang serupa denganNya, bergerak serupa denganNya, dan hidup serupa dengnnya. Orang-orang Irak dan Afghanistan hidup, mencintai, dan bergerak sama dengan orang Amerika, Inggris, Prancis, atau Italia.
Apapun kebangsaannya, semua orang melakukan hal yang sama. Saat mereka mencintai sesama, mereka juga berkata, “Saya cinta kamu,” dan mereka memeluk orang itu, mereka bercinta dengan orang itu, sama seperti orang Amerika, Eropa, Asia, atau sipa pun juga. Mereka juga makan pada saat lapar, mereka tidur pada saat mereka letih, dan mereka mempunyai naluri untuk melindungi orang-orang tercinta mereka. Mereka berusaha supaya dapat tetap hidup, mereka mneggunakan pakaian untuk melindungi mereka dari cuaca. Mereka melakukan hal yang sama seperti kita. Tetapi mengapa ras yang sama membunuh orang dari ras yang sama juga? Anda tahu alasan yang tidak masuk akal dan tidak dapat dimengerti dibalik peperangan, perkelahian, kriminalitas, gangster, atau yang lainnya? Semua ini karena kurangnya pemahaman tentang alam dan persaudaraan antar manusia.
Sumber : Tabloid Bulir Mekar
Kehidupan fisik tidak berlangsung lama, tetapi mengapa semua orang sangat kuatir dengan kehidupan fisik ini. Karena kehidupan fisik, mereka kemudian berperang. Karena tubuh fisik yang berlangsung sebentar saja, mereka saling membunuh. Ini adalah fenomena yang paling tidak dapat dipahami darikehidupan manusia.
Jika anda makan lebih banyak dari tahun lalu atau dari kemarin, maka saya mungkin dapat mengerti. Pada saat itu anda mungkin terlihat lebih baik, lebih gemuk tapi berapa lama ini akan bertahan? Pada akhirnya Anda akan pergi satu meter ke bawah tanah atau menjadi debu, tergantung dimana Anda akan tinggal. Atau Anda digantung di langit-langit dan orang lain kemudian memanfaatkan tubuh Anda. Di beberapa tempat masih ada orang yang memakan orang!
Jadi semua dari kita akan menjadi makanan cacing atau makanan ikan bila di air. Inilah akhir dari tubuh fisik. Mengapa begitu banyak karma atau penderitaan? mengapa kita menciptakan begitu banyak penderitaan untuk orang lain meelalui peperangan atau perkelahian hanya untuk tubuh fisik yang tidak abadi ini? Menjadi seorang presiden pun, berapa lama akan bertahan? Berapa lama suatu posisi akan bertahan dalam tubuh fisik ini? Kebanyakan orang menggunakan tubuh fisik ini untuk bertahan, makan, memakai baju yang lebih bagus dari tetangga, mobil yang lebih cepat, atau memiliki kekuasaan yang lebih dari orang lain.
Mereka kemudian membunuh, menyiksa, dan membuat orang lain menderita, bukan hanya hewan saja. Hewan-hewan tidak berdaya dan telah menjadi korban kekejaman manusia sejak dahulu kala. Itu saja tida cukup, manusia bahkan membunuh sesamanya sendiri yang serupa denganNya, bergerak serupa denganNya, dan hidup serupa dengnnya. Orang-orang Irak dan Afghanistan hidup, mencintai, dan bergerak sama dengan orang Amerika, Inggris, Prancis, atau Italia.
Apapun kebangsaannya, semua orang melakukan hal yang sama. Saat mereka mencintai sesama, mereka juga berkata, “Saya cinta kamu,” dan mereka memeluk orang itu, mereka bercinta dengan orang itu, sama seperti orang Amerika, Eropa, Asia, atau sipa pun juga. Mereka juga makan pada saat lapar, mereka tidur pada saat mereka letih, dan mereka mempunyai naluri untuk melindungi orang-orang tercinta mereka. Mereka berusaha supaya dapat tetap hidup, mereka mneggunakan pakaian untuk melindungi mereka dari cuaca. Mereka melakukan hal yang sama seperti kita. Tetapi mengapa ras yang sama membunuh orang dari ras yang sama juga? Anda tahu alasan yang tidak masuk akal dan tidak dapat dimengerti dibalik peperangan, perkelahian, kriminalitas, gangster, atau yang lainnya? Semua ini karena kurangnya pemahaman tentang alam dan persaudaraan antar manusia.
Sumber : Tabloid Bulir Mekar
Minggu, 06 Juni 2010
TIPS MEMBELI RUMAH IDAMAN
Masalah terpelik dalam memilik rumah adalah soal dana. Daripada terjebak dalam pengaturan financial yang keliru atau menunda membeli rumah perhatikan beberapa tips penting berikut sebelum anda mengambil KPR.
1.Pelajari butir-butir perjanjian dalam KPR sebelum menandatanganinya. Risiko besar bila ternyata anda belum siap secara financial. Ingat, Anda mesti mengalkulasi besaran uang untuk membayar cicilan dalam 10,20,atau 30 tahun ke depan. Jangan berpatok pada besar gaji saat ini, karena selalu ada kemungkinan terburuk seperti PHk.
2.Apakah selama ini Anda mengalami problem seperti tunggakan kredit/ bila demikian, hati-hati dalam menyusun budget untuk menghindai pailit melunasi kredit.
3.Perhitungkan biaya-biaya lain diluar cicilan tiap bulan. Sebut saja biaya pelunasan, fee untuk notaries, pajak, asuransi dan sebagainya.
4.Atur keuangan keluarga sebaik-baiknya. Cukupkah anda menyisihkan uang untuk uang muka (DP= down payment) kredit. Semakin besar Dp berarti besar cicilan menjadi sedikit. Sebalikny bila DP-nya kecil, strategi ini bisa memangsa anda balik. Pasalnya bank harus membayar lunas rumah Anda dari developer dulu, dan anda mencicil nya. Nah, bila anda belum punya dp, mulailah disiplin menabung sehingga keinginan anda tercapai.
5.Apa yang anda lakukan jika menemui masalah tunggakan kredit rumah atau tak bisa melunasinya? Temui bank penerbit kpr, bernegosiasilah untuk menscedule ulang kredit anda.
6.Yang pasti dan utama, pastikan jumlah kredit yang sanggup anda bayar, Banyakorang terjerembab dalam masalah kredit karena kemampuan membayar dan besar kredit tak seimbang.
7.Temui ahli keuangan untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai suku bunga kredit. Bunga yang bersifat tetap ( fixed ), besaran cicilan akan sama hingga lunas nanti. Berbeda dengan suku bunga fluktuatif yang bis amembuat cicilan membesar atau kecil.
8.pilih bank penerbit KPr yang sudah tercatat reputasinya dan professional . pelajarilah dari ahli keuangan atau perbankan .
Dengan niat yang kuat , disiplin memanage keuangan, anda pasti bisa membeli rumah idaman !
sumber : majalah kartini
1.Pelajari butir-butir perjanjian dalam KPR sebelum menandatanganinya. Risiko besar bila ternyata anda belum siap secara financial. Ingat, Anda mesti mengalkulasi besaran uang untuk membayar cicilan dalam 10,20,atau 30 tahun ke depan. Jangan berpatok pada besar gaji saat ini, karena selalu ada kemungkinan terburuk seperti PHk.
2.Apakah selama ini Anda mengalami problem seperti tunggakan kredit/ bila demikian, hati-hati dalam menyusun budget untuk menghindai pailit melunasi kredit.
3.Perhitungkan biaya-biaya lain diluar cicilan tiap bulan. Sebut saja biaya pelunasan, fee untuk notaries, pajak, asuransi dan sebagainya.
4.Atur keuangan keluarga sebaik-baiknya. Cukupkah anda menyisihkan uang untuk uang muka (DP= down payment) kredit. Semakin besar Dp berarti besar cicilan menjadi sedikit. Sebalikny bila DP-nya kecil, strategi ini bisa memangsa anda balik. Pasalnya bank harus membayar lunas rumah Anda dari developer dulu, dan anda mencicil nya. Nah, bila anda belum punya dp, mulailah disiplin menabung sehingga keinginan anda tercapai.
5.Apa yang anda lakukan jika menemui masalah tunggakan kredit rumah atau tak bisa melunasinya? Temui bank penerbit kpr, bernegosiasilah untuk menscedule ulang kredit anda.
6.Yang pasti dan utama, pastikan jumlah kredit yang sanggup anda bayar, Banyakorang terjerembab dalam masalah kredit karena kemampuan membayar dan besar kredit tak seimbang.
7.Temui ahli keuangan untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai suku bunga kredit. Bunga yang bersifat tetap ( fixed ), besaran cicilan akan sama hingga lunas nanti. Berbeda dengan suku bunga fluktuatif yang bis amembuat cicilan membesar atau kecil.
8.pilih bank penerbit KPr yang sudah tercatat reputasinya dan professional . pelajarilah dari ahli keuangan atau perbankan .
Dengan niat yang kuat , disiplin memanage keuangan, anda pasti bisa membeli rumah idaman !
sumber : majalah kartini
SANG RAJA YANG MENYAMAR DENGN BAJU PUTIH
sebuah cerita kuno di India. Pada suatu siang hari, beberapa Ada orang dewasa sedang mengobrol dengan santai dibawah pohon yang rindang. Tiba-tiba terdengar suara burung dengan nada sedih yang sedang berusaha terbang sekuat tenaga. Ketika dilihat, seekor burung kecil terbang rendah sekali, sebentar jatuh dan terbang lagi, tetapi sama sekali tidak berhasil, tampak menderita sekali.
Dibelakang burung kecil itu, ada sekelompok anak sedang mengejarnya dengan riang gembira, sementara para orang dewasa hanya tertawa terbahk-bahak dianggapnya itu mainan yang lucu. Nah, pada saat itulah muncul orangtua yang yang berpakaian baju putih mendekati dan menghalangi anak-anak yang mengejarnya dan berjongkok mengambil burung kecil itu pelan-pelan dengan kedu tangan.
Oh! Sayap burung itu ternyata diikat dengan tali dan diujung tali terikat satu biji batu, pantas burung itu tidak dapat terbang! Orang berbaju putih itu merasa kasihan pada burung itu. “burung itu punya kami, pulangkan kepada kami,”kata anak-anak itu dengan nada kurang sopan. Tapi orang berbaju putih itu berujar,”Aku akan membeli burung ini, berapa harganya?” mendengar uang, anak-anak itu sangat gembira dan menjualnya kepada orang itu. Orang berbaju putih tersebut dengan penuh belas kasih membuka talinya dan melepaskannya, burung itu terbang berputar-putar diatas kepalanya dengan riang seolah ingin mengucapkan terima kasih.
Selanjutnya, orang berbaju putih ini mengelus kepala anak-anak itu. “lihatlah ank-anak, burung kecil itu terbang bebas dan bernyanyi gembira, ini indah sekali bukan? Setiap jiwa pun mempunyai harga dan hak untuk hidup, ini adalah jiwa yang indah didalam langit bumi.” Anak-anak itu hanya menundukkan kepala, dan orang-orang dewasa yang disamping itu juga merasa malu. Orang berbaju putih sekali lagi mengelus kepala setiap anak, lalu pergi. Mereka melihat baying-bayang dibelakangnya, terdapat kelapangan dada yang luar biasa, dengan kelembutannya bertutur.
Tiba-tiba seorang anak berujar, “aku ingat! Beliau adalah sang raja kami.” Saat itu adalah jaman kerajaan dimana rajanya seorang penganut keluhuran budi yang taat, rakyatnya disayang seperti anaknya sendiri, sering memakai berbaju putih, masuk ke perkampungan penduduk untuk memahami keadaan rakyat dan seringmenolong orang susah.
Cerita ini memiliki pesan bahwa setiap makhluk hidup memiliki kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri. Apalagi manusia, entah anak atau saudara, dia tetap memiliki kehendak bebasnya sendiri. Terkadang kita menginginkan yang terbaik buat anak atau saudara sendiri, namun bila mereka lebih memilih jalan lain, biarkan saja mereka menjalani kehidupan. Tugas kita hanyalah mengingatkan, membantunya melihat arah dan menemaninya entah apapun keputusannya. Jangan mengikat seseorang seperti anak-anak memainkan burung dari cerita diatas.
Dibelakang burung kecil itu, ada sekelompok anak sedang mengejarnya dengan riang gembira, sementara para orang dewasa hanya tertawa terbahk-bahak dianggapnya itu mainan yang lucu. Nah, pada saat itulah muncul orangtua yang yang berpakaian baju putih mendekati dan menghalangi anak-anak yang mengejarnya dan berjongkok mengambil burung kecil itu pelan-pelan dengan kedu tangan.
Oh! Sayap burung itu ternyata diikat dengan tali dan diujung tali terikat satu biji batu, pantas burung itu tidak dapat terbang! Orang berbaju putih itu merasa kasihan pada burung itu. “burung itu punya kami, pulangkan kepada kami,”kata anak-anak itu dengan nada kurang sopan. Tapi orang berbaju putih itu berujar,”Aku akan membeli burung ini, berapa harganya?” mendengar uang, anak-anak itu sangat gembira dan menjualnya kepada orang itu. Orang berbaju putih tersebut dengan penuh belas kasih membuka talinya dan melepaskannya, burung itu terbang berputar-putar diatas kepalanya dengan riang seolah ingin mengucapkan terima kasih.
Selanjutnya, orang berbaju putih ini mengelus kepala anak-anak itu. “lihatlah ank-anak, burung kecil itu terbang bebas dan bernyanyi gembira, ini indah sekali bukan? Setiap jiwa pun mempunyai harga dan hak untuk hidup, ini adalah jiwa yang indah didalam langit bumi.” Anak-anak itu hanya menundukkan kepala, dan orang-orang dewasa yang disamping itu juga merasa malu. Orang berbaju putih sekali lagi mengelus kepala setiap anak, lalu pergi. Mereka melihat baying-bayang dibelakangnya, terdapat kelapangan dada yang luar biasa, dengan kelembutannya bertutur.
Tiba-tiba seorang anak berujar, “aku ingat! Beliau adalah sang raja kami.” Saat itu adalah jaman kerajaan dimana rajanya seorang penganut keluhuran budi yang taat, rakyatnya disayang seperti anaknya sendiri, sering memakai berbaju putih, masuk ke perkampungan penduduk untuk memahami keadaan rakyat dan seringmenolong orang susah.
Cerita ini memiliki pesan bahwa setiap makhluk hidup memiliki kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri. Apalagi manusia, entah anak atau saudara, dia tetap memiliki kehendak bebasnya sendiri. Terkadang kita menginginkan yang terbaik buat anak atau saudara sendiri, namun bila mereka lebih memilih jalan lain, biarkan saja mereka menjalani kehidupan. Tugas kita hanyalah mengingatkan, membantunya melihat arah dan menemaninya entah apapun keputusannya. Jangan mengikat seseorang seperti anak-anak memainkan burung dari cerita diatas.
Langganan:
Postingan (Atom)