1. PENDAPAT ALLPORT DALAM MEMBAHAS MANUSIA
Gordon Allport (1897-1967) dalam membahas manusia lebih memusatkan perhatian pada kepribadian yang sehat daripada kepribadian yang neurotis. Gambaran kodrat manusia yang diutarakan oleh Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Dia tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan tak sadar atau kekuatan yang tidak dapat dilihat atau dipengaruhi. Allport percaya bahwa kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Orang-orang yag sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intensi kearah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. Pandangan orang sehat adalah kedepan, kepada peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada masa kanak-kanak. Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang dewasa yang matang. Manusia yang sehat memiliki kebutuhan terus-menerus akan variasi, sensasi-sensasi, dan tantangan-tantangan baru. Mereka tidak suka akan hal yang rutin dan mereka suka mencari pengalaman-pengalaman yang baru., berani mengambil resiko, berspekulasi, dan menyelediki hal yang baru. Karena itu Allport percaya bahwa dorongan dari semua orang yang sehat adalah sama.
2. PERKEMBANGAN PROPRIUM SEBAGAI DASAR PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Sebelum kita ke perkembangan proprium, kita harus tahu dulu apa itu proprium. Istilah proprium dapat didefinisikan dari bentuk sifat propriate dalam kata appropriate. Proprium nenunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi diri seseorang. Jadi proprium atau self terdiri dari hal-hal atau proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, dan yang menentukan seseorang sebagai yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” apabila semua segi perkembangan telah terpenuhi.
Perkembangan proprium itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolensesi melalui tujuh tingkat “diri”. Proprium merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat. Dalam mengembangkan kepribadian yang sehat, peranan ibu sangat penting dalam memberikan kasih saying serta keamanan. Berikut ini adalah tujuh tingkat dalam perkembangan proprium :
• “Diri” jasmaniah
Munculnya tingkat pertama ini kira-kira pada usia 15 bulan, karena perasaan tentang diri bukan merupakan bagian dari warisan keturunan kita. Akan tetapi dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalaman-pengalaman perceptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal lain “diluar dirinya”. Contohnya ketika bayi membedakan jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang dalm jarinya, itu langkah pertama kearah tercapainya seluruh diri. Allport menyebutnya “jangkar abadi untuk kesadaran diri kita”.
• Identitas diri
Pada perkembangan kedua ini, anak mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus debagai orang yang terpisah.Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama orang, karena nama itu yang mebedakan dirinya dengan diri orang lain dimanapun.
• Harga diri
Timbulnya harga diri menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Anak yang berusia 2 tahun yang bersifat ingin tahu dan agresif dapat menjadi sangat destruktif karena dorongan untuk memanipulasi dan menyelidiki ini berkuasa. Menurut Allport hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yangmenentukan. Dan jika orang tua menghalangi hal ini maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan, akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah didalam dirinya.
• Perluasan diri
Mulai sekitar 4 tahun, anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalh milik anak tersebut. Meskipun “kepunyaanku” dalam orang dan benda terbatas namun kesatuan lain seperti nilai-nilai dan kepercayaan mulai terbentuk. Pada tingkat ini, orang mulai memperluas dirinya tidak hanya dari benda tetapi juga nilai-nilai dan kepercayaan.
• Gambaran diri
Pada tingkat ini anak menunjukan bagaimana ia melihat dirinya dan pendapat tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi antara orang tua dan anak. Dengan mempelajari harapan-harapan orang tua, anak belajar untuk mengembangkan suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk perumusan tentang tujuan dan intensi-intensi.
• Diri sebagai pelaku Rasional
Tingkat perkembangan ini timbul setelah anak mulai sekolah. Pada tingkat ini anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional. Anak mulai mempelajari harapan-harapan baru dari lingkungan sekolah.
• Perjuangan Proprium
Ini adalah perkembangan diri yang terakhir, terjadi dalam masa adolesensi. Allport percaya bahwa masa adolesensi adalah masa yang sangat menentukan. Orang sibuk mencari identitas yang baru yang lebih kepada “siapakah saya”. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari tingkat-tingkat itu dalam proprium.
3. CIRI-CIRI KEPRIBADIAN YANG MATANG MENURUT ALLPORT
Menurut Allport ada tujuh criteria kepribadian yang matang tentang sifat-sifat kepribadian yang matang, antara lain :
• Perluasan perasaan diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada inidividu, kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar dirinya, seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan ha ini “partispasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri, harus berarti sesuatu bagi dirinya sendiri. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting dan menantang kemampuan anda serta membuat anda merasa enak dalam mengerjakan pekerjaan tersebut maka anda merupakan partisipan yang otentik. Seseorang akan menjadi tertanam dalam aktivitas yang penuh arti dan aktivitas ini menjadi perluasan perasaan diri.
• Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain
Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain yaitu kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, karena orang yang sehat secara psikologis memperlihatkan keintiman dengan orang tua, anak, partner dan teman. Sedangkan kapasitas untuk perasaan terharu adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Setiap orang mempunyai kelemhan dan orang yang sehat dapat menerima kelemahannya.
• Keamanan Emosional
Sifat dari keamanan emosional ini mempunyai beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari diri mereka,termasuk kelemahan dan kekurangan tanpa menyerah secara pasif terhadap keadaan. Mereka berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki diri mereka. Selain itu mereka juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kualitas berikutnya yang disebut Allport adalah “sabar terhadap kekecewaan”. Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran ini, mereka tidak menyerahkan diri terhadap kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan yuang sama. Namun orang yang sehat tidak bebas dari perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa kuranng terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut dengan lebih baik daripada orang yang neurotis.
• Persepsi realitas
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sedangkan orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri.
• Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan keterampilan tertentu suatu tingkat kemampuan. Kita harus menggunakan ketrampilan itu secara ikhlas, antusias melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita. Satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan tugas, kalimat yang dikutip oleh Allport. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan ketrampilan.
• Pemahaman diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan/ perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negative kepada orang-orang lain. Allport juga mengemukaan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
• Filsafat hidup yang mempersatukan
Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah”(directness) dan lebih kelihatan pada kepribadian-kepribadian yang sehat daripada orang-orang yang neurotis. Arah itu membimbing seseorang menuju suatu tujuan, tanpa tujuan itu kita mungkin akan mengalami masalah kepribadian. Bagi allport mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Ia juga menekankan nilai-nilai bersama tujuan-tujuan adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
4. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SELF MENURUT ROGERS
Pendekatan Rogers terhadap kepribadian ditekankan kepada kepercayaan dan keyakinan akan pengalaman orang sendiri. Apabila orang-orang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi makhluk yang sadar dan rasional. Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih cepat, atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Rogers juga mengemukakan bahwa pengalaman masa lampau dapat mempengaruhoi cara bagaimana kita memandang masa sekarang yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis kita. Jadi pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak adalah penting, tetapi focus Rogers tetap pada apa yang terjadi dengan kita sekarang, bukan pada apa yang terjadi waktu itu.
Sejak kecil, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Dalam mengembangkan kemampuannya, berarti anak tersebut mengembangkan suatu “pengertian diri” (self-concept). Sebagai bagian dari self-concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa. Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain. Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Self concept yang berkembang dari anak sangat dipengaruhi oleh ibu. Rogers menyebut kebutuhan-kebutuhan cinta yang dibutuhkan anak ini penghargaan positif (positive regard). Rogers percaya bahwa segi kecenderungan aktualisasi ditemukan dalam semua makhluk yang hidup. Terdapat kegigihan hidup, dorongan hidup untuk maju, kemampuan untuk masuk kedalam suatu lingkungan yang benar-benar bermusuhan dan tidak hanya mempertahankan dirinya, tetapi juga menyesuaikan diri, berkembang, dan menjadi dirinya sendiri.
5. PERANAN POSITIVE REGARD DALAM KEPRIBADIAN INDIVIDU MENURUT ROGERS
Positive regard, suatu penghargaan positif dari kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan kepuasaan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak akan puas kalau dia menerima kasih saying, cinta, dan persetujuan dari orang-orang lain, tetapi dia akan kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Dalam hal ini, anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena dia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin mengerahklan energi dan pikiran. Peranan anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut Rogers “penghargaan positif bersyarat”(conditional positive regard). Kasih saying dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka dia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibunya diambil alih oleh anak dan diterapkan kepada dirinya. Dengan kata lain mereka tidak dapat mengembangkan kepribadian-kepribadian yang sehat.
Berikutnya penghargaan positif dalam kepribadian yang sehat. Syarat utama timbulnya kepribadian yang sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat”(unconditional positive regard) pada masa kecil. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Unconditional positive regard tidak menghendaki bahwa semua pengekangan terhadap tingkah laku anak tidak ada; tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkannya tanpa dinasihati. Anak-anak yang bertumbuh dengan perasaan unconditional positive regard tidak akan mengembangkan syarat-syarat penghargaan. Mereka merasa diri berharga dalam semua syarat. Dan jika syarat-syarat penghargaan tidak ada, maka tidak ada kebutuhan untuk bertingkah laku defensive. Tidak akan ada ketidakharmonisan antara diri dan persepsi terhadap kenyataan.
6. CIRI-CIRI ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA
Hal pertama dikemukakan rogers mengenai kepribadian yang sehat, yakni kepribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arah bukan suatu tujuan”. Hal kedua tentang aktualisasi-diri ialah aktualisasi-diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan. Hal ketiga tentang orang-orang yang mengaktualisasikan diri, yakni mereka benar-benar adalh diri mereka sendiri. Diri adalah tuan dari kepribadian dan beroperasi terlepas dari norma-norma yang ditentukan orang-orang lain. Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya :
• Keterbukaan pada pengalaman
Seseorang yang tidak terhambat oleh syarat-syarta penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensive. Tidak adanya kepribadian tertutup, jadi kepribadiannya bersifat fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakanya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru.
• Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karena struktur diri terus menerus terbuka kepada pengalaman-penglaman baru. Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat.
• Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Rogers menulis “apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan”. Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif. Karena orang yang sehat terbuka sepenuhnya pada pengalaman maka dia memiliki jalan masuk untuk seluruh informasi yang ada dalam suatu situasi membuat keputusan. Informasi ini berisi kebutuhan-kebutuhan orang itu, tuntutan-tuntutan social yang relevan, ingatan-ingatan terhadap situasi-situasi yang serupa pada masa lampau dan persepsi terhadap situasi situasi sekarang.
• Perasaan bebas
Pada sifat kepribadian ini, Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Karena merasa bebas dan berkuasa ini maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
• Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Mereka bertingkah laku spontan, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respins atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam sekitar mereka. Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastic dalam kondisi lingkungan.
SUMBER : Schultz,duane. 1991. psikologi pertumbuhan : model-model kepribadian sehat. Yogyakarta : Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar