Sabtu, 05 Juni 2010

PELAJARAN PENGEMIS KEPADA SANG RAJA

Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang pengemis. Sang raja menyapa pengemis ini, “Apa yang kau inginkan dariku?” Si pengemis itu tersenyum dan berkata, “Tuanku bertanya seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba.” Sang raja terkejut, ia merasa tertantang, “ tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!” maka menjawablah sang pengemis, “Berpikirlah dua kali, wahai tuanku, sebelum tuanku menjanjikan apa-apa.” Rupanya sang pengemis bukanlah sembarangan pengemis. Namun raja tidak merasakan hal itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasihat dari seorang pengemis.

“sudah kukatakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. Apapun juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya raya.” Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengangsurkan mangkuk penadah sedekah, “Tuanku dapat mengisi penuh mangkuk ini dengan apa yang tuanku inginkan.” Bukan main! Raja menjadi geram mendengar tantangan pengemis ini.
Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini dengan emas. Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang dibawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundit-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.

Tak mau kehilangan muka dihadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajan seperti emas, intan berlian, ratna mutumanikam telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang. Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh dikaki si pengemis, ternyata dia bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya, “sebelum berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari apakah mangkuk sedekah ini?”

Pengemis itu menjawab sambil tersenyum, “Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya. Ada kegembiraan, gairah memuncak dihati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas, intan, berlian yang masuk dalam mangkuk yang tanpa dasar itu. Kegembiraan, gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan. Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan. Anak cucumu kelak mengatakan, “kekuasaan cenderung untuk berlaku tamak.” Raja itu bertanya lagi, “adakah cara untuk dapat menutupi alas mangkuk itu?” Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Tuhan. Jika engkau pandai bersyukur, Tuhan akan menambah nikmat padamu,” ucap sang pengemis itu, sambil berjalan kemudin menghilang.

Cerita ini sangat jelas memberi pesan kehidupan, keinginan manusia itu tiada batasnya. Pernah kita mengatakan kalau sudah punya ini atau itu, kita tidak akan menginginkan apa-apa lagi. Nyatanya kita masih juga menginginkan yang lain. Itulah keinginan manusia, tak pernah akan cukup walau diberikan apapun juga. Namun pengemis itu memberikan jalan keluar agar kita tidak terperangkap seperti sang raja didalam cerita diatas, rasa syukur kepada Tuhan adalah cara paling ampuh agar kita tidak terperangkap dalam keinginan yang tak pernah selesai. Maka belajarlah bersyukur atas kehidupan ini, sebab keadaan yang Tuhan berikan sudah cukup untuk membuat kita bisa hidup dengan tenang dan yakin pada kuasa-Nya.

Sumber :
Christ.2010.Tabloid Bulir Mekar.jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar