Febrina Nur Sulistiyawati (10508078)
Devie Wahyu Wulandari (10508057)
Melly Widiastuti (10508134)
Esther Markus (10508070)
Hanna Amalita (10508097)
Bencana alam merupakan salah satu hal yang dapat datang kapan saja dan terkadang hal tersebut sulit diprediksi kapan datangnya sehingga membuat beberapa pihak kurang siap untuk membuat pengungsian sementara maupun bantuan-bantuan lain yang dibutuhkan oleh para pengungsi. Contohnya seperti bencana alam meletusnya Gunung Merapi yang belum lama ini terjadi, meskipun sudah ada alarm tanda bahaya jika ada peningkatan status pada Gunung Merapi dan sudah ada pula penunjuk-penunjuk jalan untuk mengarahkan mereka untuk evakuasi bencana tetapi tetap saja masih banyak korban jiwa berjatuhan dan mengalami kerugian materil karena tidak ada yang tahu seberapa besar gempa yang terjadi, sejauh mana awan panas (wedus gembel) berhembus, sejauh mana lahar panas maupun lahar dingin mengalir bahkan seberapa jauh abu vulkanik menghujani daerah-daerah sekitar bencana. Maka tidak heran jika peristiwa tersebut membuat para pengungsi mengalami stress, depresi, putus asa bahkan ada pula yang menjadi gila atas trauma yang mereka hadapi. Bencana alam merupakan salah satu pemicu terjadinya PTSD (posttraumatic stress disorder), apalagi bagi korban yang kehilangan harta benda sekaligus dengan orang-orang yang dicintainya meskipun mayoritas otang yang mengalami trauma tidak lantas berlanjut menderita PTSD. Bahkan sebagian besar menderita gangguan stress akut jika stresor menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam keberfungsian sosial dan pekerjaan selama kurang dari satu bulan. Oleh karena itu, membuat pengungsian yang lebih manusiawi dan lebih layak bagi para pengungsi sangatlah dibutuhkan untuk menghindari stress berkepanjang.
Menurut kami, pengungsian yang layak tidak hanya memenuhi keperluan sehari-hari mereka seperti makan, minum, air bersih, selimut, obat-obatan, dll tetapi pihak relawan ataupun pemerintah juga harus memikirkan kesehatan psikologis para pengungsi terutama bagi anak-anak yang mudah trauma dengan bencana alam tersebut. Seperti contohnya, anak mengalami gangguan tidur dengan mimpi buruk tentang monster pun umum terjadi, sebagaimana juga perubahan perilaku misalnya seorang anak yang semula periang menjadi kasar dan agresif. Beberapa anak yang mengalami trauma mengalami trauma mulai berpikir bahwa mereka tidak akan hidup hingga mencapai usia dewasa. Beberapa anak juga kehilangan keterampilan perkembangan yang sudah dikuasai seperti berbicara atau menggunakan toilet. Terakhir, anak-anak jauh lebih sulit berbicara tentang perasaan mereka dibanding dengan orang dewasa.
Masalah dan stress yang dialami oleh anak-anak dengan orang dewasa saat bencana alam terjadi pastilah berbeda. Untuk menangani anak-anak dalam mengurangi ketegangan-ketegangan terhadap peristiwa bencana atau evakuasi yang terjadi, relawan atau bahkan sesama pengungsi bisa saja dengan mengajak mereka bermain bersama. Dengan mengajak tersenyum dan tertawa akan cukup menghibur mereka kecuali jika anak tersebut mengalami trauma dengan tingkat yang cukup parah seperti kehilangan keluarga yang membuat anak tersebut sangat terguncang psikologisnya maka ia membutuhkan perhatian khusus penanganannya dan akan lebih bagus lagi jika ditangani oleh orang-orang yang lebih kompeten dalam bidangnya misalnya psikolog. Namun bagi orang dewasa, masalah yang dihadapi ketika bencana alam terjadi lebihlah kompleks, seperti para pengungsi bencana alam di Gunung Merapi, mereka sedih ketika kehilangan keluarga, harta benda dan tidak mendapatkan penghasilan selama mengungsi sehingga ada beberapa pengungsi Merapi yang rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk keluar pada siang hari dari pengungsian dan menuju rumah yang mereka tinggali untuk mengurus hewan ternak mereka ataupun mengurus sawah atau kebun mereka dan ada pula yang tetap nekat untuk mengeruk tambang pasir agar mereka tetap memiliki penghasilan karena tabungan mereka sudah terkuras ketika harus mengungsi.
Menurut kami, ada salah satu cara yang dapat mengurangi ketegangan yang dialami pengungsi (baik anak-anak maupun dewasa) dan mencegah agar sttress yang dialami tidak berkepanjangan adalah dengan membuat kesibukan baru bagi mereka sehingga mereka tidak hanya duduk diam di pengungsian dan melamun atas nasib yang mereka hadapi dan di samping itu juga mereka akan mendapatkan penghasilan dari kesibukan baru tersebut. Caranya adalah dengan mengajak mereka untuk mengembangan kreativitas mereka dengan membuat kerajinan tangan sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Dalam mengembangan kreativitas seseorang dibutuhkan beberapa pendekatan yang biasa disingkat menjadi 4P antara lain :
1. Pribadi
Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif dari para pengungsi. Bagi anak-anak, mereka bisa saja di ajak menggambar, melukis, mewarnai, membuat kerajinan kipas, gantungan kunci, aksesoris manik-manik atau apa saja yang mereka inginkan. Bagi orang dewasa bisa saja membuat kerajinan yang sama dengan yang dibuat anak-anak atau ditambahkan lagi seperti menyulam, menjahit baju, membatik kain, membuat tas dari kain perca, membuat keset dari kain perca atau apa saja yang mereka inginkan dan akan lebih bagus lagi jika mereka dapat membuat sesuatu yang khas dari tempat tinggal mereka. Mungkin bagi para lelaki mereka lebih tertarik dengan membuat perkakas, perabotan rumah tangga seperti lemari buku, lemari baju, meja, kursi dll. Tidak sebatas dengan kerajinan tangan saja, tetapi mereka juga dapat membuat karya sastra seperti puisi, aransemen musik maupun lirik lagu.
2. Pendorong
Untuk mewujudkan bakat kreatif seseorang diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Disinilah peran serta pemerintah ataupun para sukarelawan dibutuhkan, salah satunya adalah dengan memberikan mereka modal atau bahan-bahan yang mereka butuhkan.
3. Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, pengungsi perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif dan memberi kebebasan untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Dalam proses ini di harapkan, dengan pengungsi menyibukan dirinya secara aktif maka mereka mempunyai kesibukan baru yang positif selama di pengungsian dan tidak kehilangan makna hidup mereka.
4. Produk
Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa menghargai produk kreativitas dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya mereka. Peran pemerintah dan sukarelawan tidak berhenti pada modal saja, tetapi mereka juga dapat membuatkan pameran di kota-kota besar seperti di Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Medan dll dengan harapan akan banyak penonton atau pembeli yang hadir. Namun jika, terbatasnya dana maka bisa saja pameran tersebut diselenggarakan di daerah bencana tetapi pilihlah tempat-tempat yang sekiranya ramai dan dapat menarik perhatian banyak pengunjung. Dalam pameran tersebut di pamerkan dan di jual hasil kerajianan tangan yang dibuat oleh para pengungsi. Selain itu dapat pula dibuat live performance dari para pengungsi bagi mereka yang ingin membawakan hasil karya puisi, lagu maupun musik mereka atau dapat pula karya-karya tersebut disatukan menjadi musikalisasi puisi atau drama musikal. Apabila terdapat suatu hasil karya yang pantas di lelang seperti lukisan atau hasil batik yang indah, maka pihak penyelenggara dapat juga membuatkan acara lelang dan karya tersebut akan diberikan pada hadirin yang menawar dengan tawaran tertinggi.
Hasil dari penjualan kerajinan tangan, pembelian tiket dan hasil lelang tersebut dapat disumbangkan bagi para pengungsi untuk kelangsungan hidup mereka selama di pengungsian (jika mereka masih harus mengungsi) maupun modal untuk membangun kembali rumah atau lahan usaha mereka yang rusak (jika mereka sudah tidak lagi di pengungsian). Selain itu, program ini juga dapat digunakan untuk mengembangan bakat dan kreativitas yang mereka miliki selama berada di barak pengungsian. Dengan harapan kreativitas mereka dapat terus dikembangan dan dapat membantu mereka jika mereka ingin membuat usaha baru karena tidak sedikit dari korban bencana alam yang kehilangan lahan mata pencahariannya.
Diharapkan pengembangan kreativitas ini tidak hanya digunakan korban bencana alam di Gunung Merapi saja, tetapi dapat juga digunakan di bencana alam lainnya meskipun kami tidak berharap akan ada bencana lama lainnya.
Semoga Bermanfaat
Minggu, 19 Desember 2010
Jumat, 08 Oktober 2010
FOOTSAL YANG MENYENANGKAN
Di sore hari yang mendung, saya mendatangi seseorang yang mepunyai hobi berolahraga footsal. Ia mengikuti banyak kelompok dalam footsal, ada kelompok yang terbentuk dari rumah, sekolah, dan kampusnya. Tapi, saat ini saya akan membahas kelompoknya yang terdapat dirumahnya yaitu bernama Bolo footsal. Sebelumnya saya akan membahas sedikit tentang apa itu footsal. Footsal sama seperti sepakbola identik dengan permainan kaki. Footsal merupakan suatu permainan yang mengalir begitu saja tana adanya persiapan khusus yang artinya seorang pemain harus melakukan improvisasi untuk menghadai situasi yang bakal berubah dalam pertandingan. Footsal dan sepakbola serupa namun tak sama. Dilihat dari bentuk lapangan yang berbeda, footsal mempunyai lapangan lebih kecil daripada sepakbola dan footsal berada di indoor. Footsal lebih menekankan pada kemampuan (skill) dibandingkan fisik. Bola yang lebih kecil dan ringan menjadi instrument yang bagus dalam membantu mengembangkan teknik individu. Selain itu jumlah pemain yang sedikit yaitu sebanyak 5 orang dalam satu regu membuatnya saling membantu dan harus memiliki mental serta karakter bertahan dan menyerang. Semua pemain footsal sadar, mereka tidak boleh santai tapi harus aktif karena ermainan footsal butuh peran aktif dari seluruh pemain. Footsal termasuk permainan cepat yaitu ketika pemain terus bergerak ketimbang menunggu datangnya bola. Apalagi dengan kondisi lapangan yang kecil, maka sering terjadi gol dalam jumlah banyak yang dicetak yang dihasilkan oleh pemain berbeda.
Bolo footsal terbentuk dari keseringan mereka pada nongkrong didepan salah satu warung yang terletak di kayuringin (pastinya warung yang terdekat dengan rumah mereka ya..). kemudian dari obrolan-obrolan mereka tercetuslah untuk membuat kelompok footsal. Ketika saya bertanya,“Apa nama kelompok footsal saudara?” narasumber menjawab,“namanya Bolo footsal”. Lucu ya, karena penasaran saya bertanya, “Mengapa kalian beri nama Bolo?” dengan muka sedikit bingung narasumber menjawab, “spontan aja gitu keluar namanya, terlihat unik dan anak-anaknya pada setuju semua ya sudah kita pakai deh”. Bolo footsal yang dilatih oleh seorang pelatih bernama Encam berumur 25 tahun terbentuk sekitar bulan Mei 2010 dan pertama kali beranggotakan 11 orang sekarang sudah bertambah menjadi 20-an orang namun yang aktif hanya 15-an orang saja dengan range umurnya 17-22 tahun. Walaupun baru sedikit anggotanya tapi mereka kompak baik dalam bertanding maupun pada saat nongkrong. Memang team ini belum banyak pengalaman dan bukan team unggulan namun mereka haus akan kemenangan. Oh iya, mereka juga punya motto lho, “datang bertanding untuk menang”.
“Aktivitas apa saja yang team saudara lakukan?” Tanya saya, kemudian jawab narasumber ”ada physical training, tactical training, terus footsal games, friendly match, kadang ikutan footsal competition”. Walaupun tergolong baru team ini tapi mereka juga pernah menang lho melawan team yang terkenal seperti Merpati club pada Champion Footsal. Dengan tujuan yang sama, untuk mengikuti kompetisi footsal yang bergengsi, Mereka juga rajin latihan 2x seminggu yaitu setiap hari Selasa dan Jumat, pukul 19.00-21.00 wib. “kita tuh pada patungan semua buat sewa lapangan, terus buat biaya pertandingannya pas pendaftaran“, jawab narasumber ketika ditanyai dana darimana untuk latihannya. Biarpun kompak, namanya masalah-masalah kecil tetap ada lho, seperti adanya missed communication antar pemain, terus juga suka kesal kalau pas pertandingan ada posisi bagus buat dioper tapi ga dioper bolanya. Ketika kalah dalam pertandingan, mereka tidak menyerah namun mengevaluasi kembali kesalahan-kesalahan apa saja yang membuat team mereka kalah.
Berolahraga memang sangat penting untuk kesehatan jasmani, apalagi jika didukung oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Dengan bermain footsal, kita juga bisa menjalin persahabatan dan persaudaraan. Demikian hasil wawancara saya dengan narasumber.
Bolo footsal terbentuk dari keseringan mereka pada nongkrong didepan salah satu warung yang terletak di kayuringin (pastinya warung yang terdekat dengan rumah mereka ya..). kemudian dari obrolan-obrolan mereka tercetuslah untuk membuat kelompok footsal. Ketika saya bertanya,“Apa nama kelompok footsal saudara?” narasumber menjawab,“namanya Bolo footsal”. Lucu ya, karena penasaran saya bertanya, “Mengapa kalian beri nama Bolo?” dengan muka sedikit bingung narasumber menjawab, “spontan aja gitu keluar namanya, terlihat unik dan anak-anaknya pada setuju semua ya sudah kita pakai deh”. Bolo footsal yang dilatih oleh seorang pelatih bernama Encam berumur 25 tahun terbentuk sekitar bulan Mei 2010 dan pertama kali beranggotakan 11 orang sekarang sudah bertambah menjadi 20-an orang namun yang aktif hanya 15-an orang saja dengan range umurnya 17-22 tahun. Walaupun baru sedikit anggotanya tapi mereka kompak baik dalam bertanding maupun pada saat nongkrong. Memang team ini belum banyak pengalaman dan bukan team unggulan namun mereka haus akan kemenangan. Oh iya, mereka juga punya motto lho, “datang bertanding untuk menang”.
“Aktivitas apa saja yang team saudara lakukan?” Tanya saya, kemudian jawab narasumber ”ada physical training, tactical training, terus footsal games, friendly match, kadang ikutan footsal competition”. Walaupun tergolong baru team ini tapi mereka juga pernah menang lho melawan team yang terkenal seperti Merpati club pada Champion Footsal. Dengan tujuan yang sama, untuk mengikuti kompetisi footsal yang bergengsi, Mereka juga rajin latihan 2x seminggu yaitu setiap hari Selasa dan Jumat, pukul 19.00-21.00 wib. “kita tuh pada patungan semua buat sewa lapangan, terus buat biaya pertandingannya pas pendaftaran“, jawab narasumber ketika ditanyai dana darimana untuk latihannya. Biarpun kompak, namanya masalah-masalah kecil tetap ada lho, seperti adanya missed communication antar pemain, terus juga suka kesal kalau pas pertandingan ada posisi bagus buat dioper tapi ga dioper bolanya. Ketika kalah dalam pertandingan, mereka tidak menyerah namun mengevaluasi kembali kesalahan-kesalahan apa saja yang membuat team mereka kalah.
Berolahraga memang sangat penting untuk kesehatan jasmani, apalagi jika didukung oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Dengan bermain footsal, kita juga bisa menjalin persahabatan dan persaudaraan. Demikian hasil wawancara saya dengan narasumber.
Senin, 07 Juni 2010
Es Mangga Leci
Bahan :
250 gr mangga indramayu yang masih mengkal
200 gr leci kaleng
1/2 sdt garam
250 gr gula pasir
500 ml air
Es batu
Cara membuat :
•Sirup : rebus air dan gula pasir hingga kental, dinginkan, sisihkan.
•Kupas magga, rendam dalam air garam yang sudah diberi sedikit air kapur sirih selama 5 menit, tiriskan. Parut mangga tipis memanjang, remas-remas dengan garam, bilas bersih.
•Rendam dalam air gula yang sudah dingin, biarkan semalaman hingga rasanya asam manis.
•Penyajian : tuangkan mangga bersama sirupnya dalam gelas. Tambahkan leci dan es batu secukupnya.
Selamat mencoba !
250 gr mangga indramayu yang masih mengkal
200 gr leci kaleng
1/2 sdt garam
250 gr gula pasir
500 ml air
Es batu
Cara membuat :
•Sirup : rebus air dan gula pasir hingga kental, dinginkan, sisihkan.
•Kupas magga, rendam dalam air garam yang sudah diberi sedikit air kapur sirih selama 5 menit, tiriskan. Parut mangga tipis memanjang, remas-remas dengan garam, bilas bersih.
•Rendam dalam air gula yang sudah dingin, biarkan semalaman hingga rasanya asam manis.
•Penyajian : tuangkan mangga bersama sirupnya dalam gelas. Tambahkan leci dan es batu secukupnya.
Selamat mencoba !
MENCERDASKAN MENTAL ANAK
Anak-anak yang mudah menyerah, cengeng, kecil motivasi juangnya untuk berprestasi, serta mudah tergoda, bisa dibilangkarena kecerdasan mental (adversitasnya) kurang. Padahal selain IQ dan EQ, kecerdasan yang disebut Adversity Quotient (AQ) juga menentukan keberhsilan. Paul G.Stoltz Phd, konsultan bisnis yang sudah dikenal secara international, penulis buku Adversity Quotient “Mengubah Hambatan Menjdi Peluang” meyakini factor ini sangat signifikan untuk kesuksesan seorang anak. Kemampuan seseorang dalam mengatasi kesulitan diukur dengan AQ.
AQ menurutnya adalah seperangkat instrumen (pola asuh) untuk membantu seseorang agar tetap gigih melalui saat-saat yang penuh tantangan. Orang yang tahan banting kata Paul yng juga president of peak learning incorporated, tidak akan terlalu menderita terhadap akibat negative yang berasal dari kesulitan.
Kemampuan ini harus dibangun sejak seseorang masih kanak-kanak. Sayangnya, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa sikap tak berdaya telah diajarkan pda anak-anak sejak dini. Orang tua atau penyediaan pengasuh yang serba membantu ank, secara tak langsung mengajarkan ketakberdayaan. Guru yang membantu muridnya dalam ujian dengan menyediakan jawaban soal-soal, membuat anak enggan berusaha karena sudah merasakan ia toh akan lulus juga.
Pola asuh dan pola didik menurut Paul harus diubah dengan cara-cara yang dapat membangun kekuatan mental dan daya juang anak. Diantara caranya adalah:
Bangun motivasi dan optimisme
Ajari anak untuk selalu berpandangan dan bersikap positif. Misalnya, melakukan sesuatu yang sulit, katakanlah “cobalah dulu. Ini tak sesulit yang kamu bayngkan kok. Pasti kamu bisa.” Anak yang diajarkan optimis dan mendapat motivasi yang cukup, dimasa dewasanya akan menjadi pribadi yang produktif, selalu punya energi dan kemauan untuk belajar, serta memiliki kebernian mengambil resiko.
Melatih anak menghadapi kesulitan
Kesulitan pasti ada dalam hidup ini. Tetapi bagaimana agar saat anak berhadapan dengan hambatan atau kesulitan tak langsung menyerah. Jangan ajarkan anak ketergantungan. Biarkan ia menyelesaikan masalahnya. Caranya dengan mengasah panca inderanya. Misalnya kalau sering diusilin temannya, mintalah ia memerhatikan saat-saat temannya menjadi nakal dan usil, lalu waspadalah pada saat tersebut. Atau ia ingin memiliki benda tertentu? Mintalah ia berpikir bagaimana mendapatkannya. Secara tak langsung anda mengasah indera anak untuk siap menghadapi kesulitan.
Melatihnya memilih dan menentukan
Ada banyak pilihan yang menggoda kita, apalagi anak-anak. Tapi ajarilah memilih yang perlu dan dibutuhkannya. Missal, menginginkan beberapa item benda, katakana untuk memilih satu saja yang benar-benar dibutuhkannya. Ingin ganti HP dengan yang lebih bagus, minta tambah uang sakunya, ajarkan untuk memberi penjelasan dan menganalisa sehingga anak akhirnya bisa menentukan perlu atau tidaknya.
Latihan menganalisa kegagalannya
Mengecamnya dengan kata-kata pedas? Tidak perlu. Tapi mintalah ia menganalisa mengapa ia gagal. Mengapa nilainya jelek, mengapa ditegur guru, mengapa tak mau bila diminta membantu ayah-ibu? Biarkan anak menjawab sendiri apa masalahnya. Dengan demikian ia akan tahu sebenarnya apa masalahnya dan bagaimana jalan keluarnya.
Orang tua sebagai model
Orang tua adalah contoh konkret tempat anak bercermin. Bila anda tak mudah menyerah, tidak cengeng (tak mudah mengeluh) bila menghadapi masalah dan kesulitan, tidak serba membantu anak missal mengerjakan PR anak karena ingin nilainya bagus dan sebagainya, anakpun akan mengopi sifat anda.
AQ menurutnya adalah seperangkat instrumen (pola asuh) untuk membantu seseorang agar tetap gigih melalui saat-saat yang penuh tantangan. Orang yang tahan banting kata Paul yng juga president of peak learning incorporated, tidak akan terlalu menderita terhadap akibat negative yang berasal dari kesulitan.
Kemampuan ini harus dibangun sejak seseorang masih kanak-kanak. Sayangnya, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa sikap tak berdaya telah diajarkan pda anak-anak sejak dini. Orang tua atau penyediaan pengasuh yang serba membantu ank, secara tak langsung mengajarkan ketakberdayaan. Guru yang membantu muridnya dalam ujian dengan menyediakan jawaban soal-soal, membuat anak enggan berusaha karena sudah merasakan ia toh akan lulus juga.
Pola asuh dan pola didik menurut Paul harus diubah dengan cara-cara yang dapat membangun kekuatan mental dan daya juang anak. Diantara caranya adalah:
Bangun motivasi dan optimisme
Ajari anak untuk selalu berpandangan dan bersikap positif. Misalnya, melakukan sesuatu yang sulit, katakanlah “cobalah dulu. Ini tak sesulit yang kamu bayngkan kok. Pasti kamu bisa.” Anak yang diajarkan optimis dan mendapat motivasi yang cukup, dimasa dewasanya akan menjadi pribadi yang produktif, selalu punya energi dan kemauan untuk belajar, serta memiliki kebernian mengambil resiko.
Melatih anak menghadapi kesulitan
Kesulitan pasti ada dalam hidup ini. Tetapi bagaimana agar saat anak berhadapan dengan hambatan atau kesulitan tak langsung menyerah. Jangan ajarkan anak ketergantungan. Biarkan ia menyelesaikan masalahnya. Caranya dengan mengasah panca inderanya. Misalnya kalau sering diusilin temannya, mintalah ia memerhatikan saat-saat temannya menjadi nakal dan usil, lalu waspadalah pada saat tersebut. Atau ia ingin memiliki benda tertentu? Mintalah ia berpikir bagaimana mendapatkannya. Secara tak langsung anda mengasah indera anak untuk siap menghadapi kesulitan.
Melatihnya memilih dan menentukan
Ada banyak pilihan yang menggoda kita, apalagi anak-anak. Tapi ajarilah memilih yang perlu dan dibutuhkannya. Missal, menginginkan beberapa item benda, katakana untuk memilih satu saja yang benar-benar dibutuhkannya. Ingin ganti HP dengan yang lebih bagus, minta tambah uang sakunya, ajarkan untuk memberi penjelasan dan menganalisa sehingga anak akhirnya bisa menentukan perlu atau tidaknya.
Latihan menganalisa kegagalannya
Mengecamnya dengan kata-kata pedas? Tidak perlu. Tapi mintalah ia menganalisa mengapa ia gagal. Mengapa nilainya jelek, mengapa ditegur guru, mengapa tak mau bila diminta membantu ayah-ibu? Biarkan anak menjawab sendiri apa masalahnya. Dengan demikian ia akan tahu sebenarnya apa masalahnya dan bagaimana jalan keluarnya.
Orang tua sebagai model
Orang tua adalah contoh konkret tempat anak bercermin. Bila anda tak mudah menyerah, tidak cengeng (tak mudah mengeluh) bila menghadapi masalah dan kesulitan, tidak serba membantu anak missal mengerjakan PR anak karena ingin nilainya bagus dan sebagainya, anakpun akan mengopi sifat anda.
DAMBAKAN SESUATU MELEBIHI DUNIA FISIK TIDAK KEKAL INI
DAMBAKAN SESUATU MELEBIHI DUNIA FISIK TIDAK KEKAL INI
Kehidupan fisik tidak berlangsung lama, tetapi mengapa semua orang sangat kuatir dengan kehidupan fisik ini. Karena kehidupan fisik, mereka kemudian berperang. Karena tubuh fisik yang berlangsung sebentar saja, mereka saling membunuh. Ini adalah fenomena yang paling tidak dapat dipahami darikehidupan manusia.
Jika anda makan lebih banyak dari tahun lalu atau dari kemarin, maka saya mungkin dapat mengerti. Pada saat itu anda mungkin terlihat lebih baik, lebih gemuk tapi berapa lama ini akan bertahan? Pada akhirnya Anda akan pergi satu meter ke bawah tanah atau menjadi debu, tergantung dimana Anda akan tinggal. Atau Anda digantung di langit-langit dan orang lain kemudian memanfaatkan tubuh Anda. Di beberapa tempat masih ada orang yang memakan orang!
Jadi semua dari kita akan menjadi makanan cacing atau makanan ikan bila di air. Inilah akhir dari tubuh fisik. Mengapa begitu banyak karma atau penderitaan? mengapa kita menciptakan begitu banyak penderitaan untuk orang lain meelalui peperangan atau perkelahian hanya untuk tubuh fisik yang tidak abadi ini? Menjadi seorang presiden pun, berapa lama akan bertahan? Berapa lama suatu posisi akan bertahan dalam tubuh fisik ini? Kebanyakan orang menggunakan tubuh fisik ini untuk bertahan, makan, memakai baju yang lebih bagus dari tetangga, mobil yang lebih cepat, atau memiliki kekuasaan yang lebih dari orang lain.
Mereka kemudian membunuh, menyiksa, dan membuat orang lain menderita, bukan hanya hewan saja. Hewan-hewan tidak berdaya dan telah menjadi korban kekejaman manusia sejak dahulu kala. Itu saja tida cukup, manusia bahkan membunuh sesamanya sendiri yang serupa denganNya, bergerak serupa denganNya, dan hidup serupa dengnnya. Orang-orang Irak dan Afghanistan hidup, mencintai, dan bergerak sama dengan orang Amerika, Inggris, Prancis, atau Italia.
Apapun kebangsaannya, semua orang melakukan hal yang sama. Saat mereka mencintai sesama, mereka juga berkata, “Saya cinta kamu,” dan mereka memeluk orang itu, mereka bercinta dengan orang itu, sama seperti orang Amerika, Eropa, Asia, atau sipa pun juga. Mereka juga makan pada saat lapar, mereka tidur pada saat mereka letih, dan mereka mempunyai naluri untuk melindungi orang-orang tercinta mereka. Mereka berusaha supaya dapat tetap hidup, mereka mneggunakan pakaian untuk melindungi mereka dari cuaca. Mereka melakukan hal yang sama seperti kita. Tetapi mengapa ras yang sama membunuh orang dari ras yang sama juga? Anda tahu alasan yang tidak masuk akal dan tidak dapat dimengerti dibalik peperangan, perkelahian, kriminalitas, gangster, atau yang lainnya? Semua ini karena kurangnya pemahaman tentang alam dan persaudaraan antar manusia.
Sumber : Tabloid Bulir Mekar
Kehidupan fisik tidak berlangsung lama, tetapi mengapa semua orang sangat kuatir dengan kehidupan fisik ini. Karena kehidupan fisik, mereka kemudian berperang. Karena tubuh fisik yang berlangsung sebentar saja, mereka saling membunuh. Ini adalah fenomena yang paling tidak dapat dipahami darikehidupan manusia.
Jika anda makan lebih banyak dari tahun lalu atau dari kemarin, maka saya mungkin dapat mengerti. Pada saat itu anda mungkin terlihat lebih baik, lebih gemuk tapi berapa lama ini akan bertahan? Pada akhirnya Anda akan pergi satu meter ke bawah tanah atau menjadi debu, tergantung dimana Anda akan tinggal. Atau Anda digantung di langit-langit dan orang lain kemudian memanfaatkan tubuh Anda. Di beberapa tempat masih ada orang yang memakan orang!
Jadi semua dari kita akan menjadi makanan cacing atau makanan ikan bila di air. Inilah akhir dari tubuh fisik. Mengapa begitu banyak karma atau penderitaan? mengapa kita menciptakan begitu banyak penderitaan untuk orang lain meelalui peperangan atau perkelahian hanya untuk tubuh fisik yang tidak abadi ini? Menjadi seorang presiden pun, berapa lama akan bertahan? Berapa lama suatu posisi akan bertahan dalam tubuh fisik ini? Kebanyakan orang menggunakan tubuh fisik ini untuk bertahan, makan, memakai baju yang lebih bagus dari tetangga, mobil yang lebih cepat, atau memiliki kekuasaan yang lebih dari orang lain.
Mereka kemudian membunuh, menyiksa, dan membuat orang lain menderita, bukan hanya hewan saja. Hewan-hewan tidak berdaya dan telah menjadi korban kekejaman manusia sejak dahulu kala. Itu saja tida cukup, manusia bahkan membunuh sesamanya sendiri yang serupa denganNya, bergerak serupa denganNya, dan hidup serupa dengnnya. Orang-orang Irak dan Afghanistan hidup, mencintai, dan bergerak sama dengan orang Amerika, Inggris, Prancis, atau Italia.
Apapun kebangsaannya, semua orang melakukan hal yang sama. Saat mereka mencintai sesama, mereka juga berkata, “Saya cinta kamu,” dan mereka memeluk orang itu, mereka bercinta dengan orang itu, sama seperti orang Amerika, Eropa, Asia, atau sipa pun juga. Mereka juga makan pada saat lapar, mereka tidur pada saat mereka letih, dan mereka mempunyai naluri untuk melindungi orang-orang tercinta mereka. Mereka berusaha supaya dapat tetap hidup, mereka mneggunakan pakaian untuk melindungi mereka dari cuaca. Mereka melakukan hal yang sama seperti kita. Tetapi mengapa ras yang sama membunuh orang dari ras yang sama juga? Anda tahu alasan yang tidak masuk akal dan tidak dapat dimengerti dibalik peperangan, perkelahian, kriminalitas, gangster, atau yang lainnya? Semua ini karena kurangnya pemahaman tentang alam dan persaudaraan antar manusia.
Sumber : Tabloid Bulir Mekar
Minggu, 06 Juni 2010
TIPS MEMBELI RUMAH IDAMAN
Masalah terpelik dalam memilik rumah adalah soal dana. Daripada terjebak dalam pengaturan financial yang keliru atau menunda membeli rumah perhatikan beberapa tips penting berikut sebelum anda mengambil KPR.
1.Pelajari butir-butir perjanjian dalam KPR sebelum menandatanganinya. Risiko besar bila ternyata anda belum siap secara financial. Ingat, Anda mesti mengalkulasi besaran uang untuk membayar cicilan dalam 10,20,atau 30 tahun ke depan. Jangan berpatok pada besar gaji saat ini, karena selalu ada kemungkinan terburuk seperti PHk.
2.Apakah selama ini Anda mengalami problem seperti tunggakan kredit/ bila demikian, hati-hati dalam menyusun budget untuk menghindai pailit melunasi kredit.
3.Perhitungkan biaya-biaya lain diluar cicilan tiap bulan. Sebut saja biaya pelunasan, fee untuk notaries, pajak, asuransi dan sebagainya.
4.Atur keuangan keluarga sebaik-baiknya. Cukupkah anda menyisihkan uang untuk uang muka (DP= down payment) kredit. Semakin besar Dp berarti besar cicilan menjadi sedikit. Sebalikny bila DP-nya kecil, strategi ini bisa memangsa anda balik. Pasalnya bank harus membayar lunas rumah Anda dari developer dulu, dan anda mencicil nya. Nah, bila anda belum punya dp, mulailah disiplin menabung sehingga keinginan anda tercapai.
5.Apa yang anda lakukan jika menemui masalah tunggakan kredit rumah atau tak bisa melunasinya? Temui bank penerbit kpr, bernegosiasilah untuk menscedule ulang kredit anda.
6.Yang pasti dan utama, pastikan jumlah kredit yang sanggup anda bayar, Banyakorang terjerembab dalam masalah kredit karena kemampuan membayar dan besar kredit tak seimbang.
7.Temui ahli keuangan untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai suku bunga kredit. Bunga yang bersifat tetap ( fixed ), besaran cicilan akan sama hingga lunas nanti. Berbeda dengan suku bunga fluktuatif yang bis amembuat cicilan membesar atau kecil.
8.pilih bank penerbit KPr yang sudah tercatat reputasinya dan professional . pelajarilah dari ahli keuangan atau perbankan .
Dengan niat yang kuat , disiplin memanage keuangan, anda pasti bisa membeli rumah idaman !
sumber : majalah kartini
1.Pelajari butir-butir perjanjian dalam KPR sebelum menandatanganinya. Risiko besar bila ternyata anda belum siap secara financial. Ingat, Anda mesti mengalkulasi besaran uang untuk membayar cicilan dalam 10,20,atau 30 tahun ke depan. Jangan berpatok pada besar gaji saat ini, karena selalu ada kemungkinan terburuk seperti PHk.
2.Apakah selama ini Anda mengalami problem seperti tunggakan kredit/ bila demikian, hati-hati dalam menyusun budget untuk menghindai pailit melunasi kredit.
3.Perhitungkan biaya-biaya lain diluar cicilan tiap bulan. Sebut saja biaya pelunasan, fee untuk notaries, pajak, asuransi dan sebagainya.
4.Atur keuangan keluarga sebaik-baiknya. Cukupkah anda menyisihkan uang untuk uang muka (DP= down payment) kredit. Semakin besar Dp berarti besar cicilan menjadi sedikit. Sebalikny bila DP-nya kecil, strategi ini bisa memangsa anda balik. Pasalnya bank harus membayar lunas rumah Anda dari developer dulu, dan anda mencicil nya. Nah, bila anda belum punya dp, mulailah disiplin menabung sehingga keinginan anda tercapai.
5.Apa yang anda lakukan jika menemui masalah tunggakan kredit rumah atau tak bisa melunasinya? Temui bank penerbit kpr, bernegosiasilah untuk menscedule ulang kredit anda.
6.Yang pasti dan utama, pastikan jumlah kredit yang sanggup anda bayar, Banyakorang terjerembab dalam masalah kredit karena kemampuan membayar dan besar kredit tak seimbang.
7.Temui ahli keuangan untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai suku bunga kredit. Bunga yang bersifat tetap ( fixed ), besaran cicilan akan sama hingga lunas nanti. Berbeda dengan suku bunga fluktuatif yang bis amembuat cicilan membesar atau kecil.
8.pilih bank penerbit KPr yang sudah tercatat reputasinya dan professional . pelajarilah dari ahli keuangan atau perbankan .
Dengan niat yang kuat , disiplin memanage keuangan, anda pasti bisa membeli rumah idaman !
sumber : majalah kartini
SANG RAJA YANG MENYAMAR DENGN BAJU PUTIH
sebuah cerita kuno di India. Pada suatu siang hari, beberapa Ada orang dewasa sedang mengobrol dengan santai dibawah pohon yang rindang. Tiba-tiba terdengar suara burung dengan nada sedih yang sedang berusaha terbang sekuat tenaga. Ketika dilihat, seekor burung kecil terbang rendah sekali, sebentar jatuh dan terbang lagi, tetapi sama sekali tidak berhasil, tampak menderita sekali.
Dibelakang burung kecil itu, ada sekelompok anak sedang mengejarnya dengan riang gembira, sementara para orang dewasa hanya tertawa terbahk-bahak dianggapnya itu mainan yang lucu. Nah, pada saat itulah muncul orangtua yang yang berpakaian baju putih mendekati dan menghalangi anak-anak yang mengejarnya dan berjongkok mengambil burung kecil itu pelan-pelan dengan kedu tangan.
Oh! Sayap burung itu ternyata diikat dengan tali dan diujung tali terikat satu biji batu, pantas burung itu tidak dapat terbang! Orang berbaju putih itu merasa kasihan pada burung itu. “burung itu punya kami, pulangkan kepada kami,”kata anak-anak itu dengan nada kurang sopan. Tapi orang berbaju putih itu berujar,”Aku akan membeli burung ini, berapa harganya?” mendengar uang, anak-anak itu sangat gembira dan menjualnya kepada orang itu. Orang berbaju putih tersebut dengan penuh belas kasih membuka talinya dan melepaskannya, burung itu terbang berputar-putar diatas kepalanya dengan riang seolah ingin mengucapkan terima kasih.
Selanjutnya, orang berbaju putih ini mengelus kepala anak-anak itu. “lihatlah ank-anak, burung kecil itu terbang bebas dan bernyanyi gembira, ini indah sekali bukan? Setiap jiwa pun mempunyai harga dan hak untuk hidup, ini adalah jiwa yang indah didalam langit bumi.” Anak-anak itu hanya menundukkan kepala, dan orang-orang dewasa yang disamping itu juga merasa malu. Orang berbaju putih sekali lagi mengelus kepala setiap anak, lalu pergi. Mereka melihat baying-bayang dibelakangnya, terdapat kelapangan dada yang luar biasa, dengan kelembutannya bertutur.
Tiba-tiba seorang anak berujar, “aku ingat! Beliau adalah sang raja kami.” Saat itu adalah jaman kerajaan dimana rajanya seorang penganut keluhuran budi yang taat, rakyatnya disayang seperti anaknya sendiri, sering memakai berbaju putih, masuk ke perkampungan penduduk untuk memahami keadaan rakyat dan seringmenolong orang susah.
Cerita ini memiliki pesan bahwa setiap makhluk hidup memiliki kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri. Apalagi manusia, entah anak atau saudara, dia tetap memiliki kehendak bebasnya sendiri. Terkadang kita menginginkan yang terbaik buat anak atau saudara sendiri, namun bila mereka lebih memilih jalan lain, biarkan saja mereka menjalani kehidupan. Tugas kita hanyalah mengingatkan, membantunya melihat arah dan menemaninya entah apapun keputusannya. Jangan mengikat seseorang seperti anak-anak memainkan burung dari cerita diatas.
Dibelakang burung kecil itu, ada sekelompok anak sedang mengejarnya dengan riang gembira, sementara para orang dewasa hanya tertawa terbahk-bahak dianggapnya itu mainan yang lucu. Nah, pada saat itulah muncul orangtua yang yang berpakaian baju putih mendekati dan menghalangi anak-anak yang mengejarnya dan berjongkok mengambil burung kecil itu pelan-pelan dengan kedu tangan.
Oh! Sayap burung itu ternyata diikat dengan tali dan diujung tali terikat satu biji batu, pantas burung itu tidak dapat terbang! Orang berbaju putih itu merasa kasihan pada burung itu. “burung itu punya kami, pulangkan kepada kami,”kata anak-anak itu dengan nada kurang sopan. Tapi orang berbaju putih itu berujar,”Aku akan membeli burung ini, berapa harganya?” mendengar uang, anak-anak itu sangat gembira dan menjualnya kepada orang itu. Orang berbaju putih tersebut dengan penuh belas kasih membuka talinya dan melepaskannya, burung itu terbang berputar-putar diatas kepalanya dengan riang seolah ingin mengucapkan terima kasih.
Selanjutnya, orang berbaju putih ini mengelus kepala anak-anak itu. “lihatlah ank-anak, burung kecil itu terbang bebas dan bernyanyi gembira, ini indah sekali bukan? Setiap jiwa pun mempunyai harga dan hak untuk hidup, ini adalah jiwa yang indah didalam langit bumi.” Anak-anak itu hanya menundukkan kepala, dan orang-orang dewasa yang disamping itu juga merasa malu. Orang berbaju putih sekali lagi mengelus kepala setiap anak, lalu pergi. Mereka melihat baying-bayang dibelakangnya, terdapat kelapangan dada yang luar biasa, dengan kelembutannya bertutur.
Tiba-tiba seorang anak berujar, “aku ingat! Beliau adalah sang raja kami.” Saat itu adalah jaman kerajaan dimana rajanya seorang penganut keluhuran budi yang taat, rakyatnya disayang seperti anaknya sendiri, sering memakai berbaju putih, masuk ke perkampungan penduduk untuk memahami keadaan rakyat dan seringmenolong orang susah.
Cerita ini memiliki pesan bahwa setiap makhluk hidup memiliki kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri. Apalagi manusia, entah anak atau saudara, dia tetap memiliki kehendak bebasnya sendiri. Terkadang kita menginginkan yang terbaik buat anak atau saudara sendiri, namun bila mereka lebih memilih jalan lain, biarkan saja mereka menjalani kehidupan. Tugas kita hanyalah mengingatkan, membantunya melihat arah dan menemaninya entah apapun keputusannya. Jangan mengikat seseorang seperti anak-anak memainkan burung dari cerita diatas.
CEGAH DIABETES MELITUS DENGAN MENGATUR POLA MAKANAN
Kita tahu, gaya hidup sehari-hari yang cenderung salah, dapt mengancam kualitas kesehatan kita dimasa depan. Salah satu ancaman paling serius adalh penyakit diabetes mellitus (DM) yang prevalensinya makin meningkat setiap tahun. Diperkirakan tahun 2030, terdapat 21,3 juta orang penderita DM di Indonesia. Saat ini, DM menjadi penyebab kematian nomor dua pada kelompok usia 45-54 tahun di perkotaan, dan nomor enam di pedesaan.
Celakanya, pola makan kita, orang Indonesia, cenderung banyak mengkonsumsi karbohidrat yang akan menyebabkan kenaikan kadar gula darah didalam tubuh. Jika kondisi itu berlangsung lama, tubuh akan mengalami kegemukan dan memicu munculnya Dm tipe 2. kondisi itu diperparah konsumsi makanan dengan kalori berlebihan, terutama mereka yang tinggal di perkotaan dengan gaya hidup modern.
Sebelum terlambat, sebaikny kita mulai memperhatikan beberapa hal menyangkut gaya hidup sehari-hari :
•Mengonsumsi karbohidrat tidaklah “salah”, tapi pilih karbohidrat kompleks yang prosesnya didalam tubuh membutuhkan waktu lebih lama, seperti sayur, buah segar, nasi merah, roti gandum atu ubi. Hindari karbohidrat sederhana seperti roti putih, jus buah, sirup jagung, gula, atau soda.
•Sebaiknya mulai memilih makanan dengan indeks glikemik (IG) atau kecepatan menaikkan gula darahnya rendah, dibanding yang makanan ber-IG tinggi. Contoh makanan dengan IG rendah seperti kedelai, ikan, atau telur. Sedangkan yang nilai IG-nya tinggi seperti kentang panggang, nasi putih, atau roti putih.
•Tidak salah jika dikatakan: makanan enak umumnya berkalori tinggi. Namun dalam mengonsumsinya kita harus dapat mengendalikan diri sesuai kebutuhan yakni pria 2.100 kalori sedangkan wanita 1.900 kalori.
•Senantiasa berolahraga secara teratur dan jauhi stress.
Sumber: majalah intisari
Celakanya, pola makan kita, orang Indonesia, cenderung banyak mengkonsumsi karbohidrat yang akan menyebabkan kenaikan kadar gula darah didalam tubuh. Jika kondisi itu berlangsung lama, tubuh akan mengalami kegemukan dan memicu munculnya Dm tipe 2. kondisi itu diperparah konsumsi makanan dengan kalori berlebihan, terutama mereka yang tinggal di perkotaan dengan gaya hidup modern.
Sebelum terlambat, sebaikny kita mulai memperhatikan beberapa hal menyangkut gaya hidup sehari-hari :
•Mengonsumsi karbohidrat tidaklah “salah”, tapi pilih karbohidrat kompleks yang prosesnya didalam tubuh membutuhkan waktu lebih lama, seperti sayur, buah segar, nasi merah, roti gandum atu ubi. Hindari karbohidrat sederhana seperti roti putih, jus buah, sirup jagung, gula, atau soda.
•Sebaiknya mulai memilih makanan dengan indeks glikemik (IG) atau kecepatan menaikkan gula darahnya rendah, dibanding yang makanan ber-IG tinggi. Contoh makanan dengan IG rendah seperti kedelai, ikan, atau telur. Sedangkan yang nilai IG-nya tinggi seperti kentang panggang, nasi putih, atau roti putih.
•Tidak salah jika dikatakan: makanan enak umumnya berkalori tinggi. Namun dalam mengonsumsinya kita harus dapat mengendalikan diri sesuai kebutuhan yakni pria 2.100 kalori sedangkan wanita 1.900 kalori.
•Senantiasa berolahraga secara teratur dan jauhi stress.
Sumber: majalah intisari
Sabtu, 05 Juni 2010
PELAJARAN PENGEMIS KEPADA SANG RAJA
Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang pengemis. Sang raja menyapa pengemis ini, “Apa yang kau inginkan dariku?” Si pengemis itu tersenyum dan berkata, “Tuanku bertanya seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba.” Sang raja terkejut, ia merasa tertantang, “ tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!” maka menjawablah sang pengemis, “Berpikirlah dua kali, wahai tuanku, sebelum tuanku menjanjikan apa-apa.” Rupanya sang pengemis bukanlah sembarangan pengemis. Namun raja tidak merasakan hal itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasihat dari seorang pengemis.
“sudah kukatakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. Apapun juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya raya.” Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengangsurkan mangkuk penadah sedekah, “Tuanku dapat mengisi penuh mangkuk ini dengan apa yang tuanku inginkan.” Bukan main! Raja menjadi geram mendengar tantangan pengemis ini.
Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini dengan emas. Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang dibawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundit-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.
Tak mau kehilangan muka dihadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajan seperti emas, intan berlian, ratna mutumanikam telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang. Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh dikaki si pengemis, ternyata dia bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya, “sebelum berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari apakah mangkuk sedekah ini?”
Pengemis itu menjawab sambil tersenyum, “Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya. Ada kegembiraan, gairah memuncak dihati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas, intan, berlian yang masuk dalam mangkuk yang tanpa dasar itu. Kegembiraan, gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan. Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan. Anak cucumu kelak mengatakan, “kekuasaan cenderung untuk berlaku tamak.” Raja itu bertanya lagi, “adakah cara untuk dapat menutupi alas mangkuk itu?” Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Tuhan. Jika engkau pandai bersyukur, Tuhan akan menambah nikmat padamu,” ucap sang pengemis itu, sambil berjalan kemudin menghilang.
Cerita ini sangat jelas memberi pesan kehidupan, keinginan manusia itu tiada batasnya. Pernah kita mengatakan kalau sudah punya ini atau itu, kita tidak akan menginginkan apa-apa lagi. Nyatanya kita masih juga menginginkan yang lain. Itulah keinginan manusia, tak pernah akan cukup walau diberikan apapun juga. Namun pengemis itu memberikan jalan keluar agar kita tidak terperangkap seperti sang raja didalam cerita diatas, rasa syukur kepada Tuhan adalah cara paling ampuh agar kita tidak terperangkap dalam keinginan yang tak pernah selesai. Maka belajarlah bersyukur atas kehidupan ini, sebab keadaan yang Tuhan berikan sudah cukup untuk membuat kita bisa hidup dengan tenang dan yakin pada kuasa-Nya.
Sumber :
Christ.2010.Tabloid Bulir Mekar.jakarta
“sudah kukatakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. Apapun juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya raya.” Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengangsurkan mangkuk penadah sedekah, “Tuanku dapat mengisi penuh mangkuk ini dengan apa yang tuanku inginkan.” Bukan main! Raja menjadi geram mendengar tantangan pengemis ini.
Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini dengan emas. Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang dibawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundit-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.
Tak mau kehilangan muka dihadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajan seperti emas, intan berlian, ratna mutumanikam telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang. Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh dikaki si pengemis, ternyata dia bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya, “sebelum berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari apakah mangkuk sedekah ini?”
Pengemis itu menjawab sambil tersenyum, “Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya. Ada kegembiraan, gairah memuncak dihati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas, intan, berlian yang masuk dalam mangkuk yang tanpa dasar itu. Kegembiraan, gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan. Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan. Anak cucumu kelak mengatakan, “kekuasaan cenderung untuk berlaku tamak.” Raja itu bertanya lagi, “adakah cara untuk dapat menutupi alas mangkuk itu?” Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Tuhan. Jika engkau pandai bersyukur, Tuhan akan menambah nikmat padamu,” ucap sang pengemis itu, sambil berjalan kemudin menghilang.
Cerita ini sangat jelas memberi pesan kehidupan, keinginan manusia itu tiada batasnya. Pernah kita mengatakan kalau sudah punya ini atau itu, kita tidak akan menginginkan apa-apa lagi. Nyatanya kita masih juga menginginkan yang lain. Itulah keinginan manusia, tak pernah akan cukup walau diberikan apapun juga. Namun pengemis itu memberikan jalan keluar agar kita tidak terperangkap seperti sang raja didalam cerita diatas, rasa syukur kepada Tuhan adalah cara paling ampuh agar kita tidak terperangkap dalam keinginan yang tak pernah selesai. Maka belajarlah bersyukur atas kehidupan ini, sebab keadaan yang Tuhan berikan sudah cukup untuk membuat kita bisa hidup dengan tenang dan yakin pada kuasa-Nya.
Sumber :
Christ.2010.Tabloid Bulir Mekar.jakarta
DEFINISI ENKOPRESIS
Enkopresis berasal dari bahasa Yunani en- dan kopros, yang berarti “feses”. Enkopresis adalah kurangnya kontrol terhadap keinginan buang air besar pada anak-anak, yang bukan disebabkan oleh penyakit atau kelainan fisik. biasanya hal ini berupa pengeluaran feses yang tidak sesuai secara berulang, biasanya involunter. Enkopresis lebih sering terjadi pada anak laki- laki daripada anak perempuan, sekitar 17% pada usia 3 tahunan dan 1% pada usia 4 tahunan. Enkopresis jarang terjadi pada remaja usia pertengahan kecuali mereka yang mengalami retardasi mental yang parah atau intens. Enkopresis sering kali disebabkan oleh toilet training yang tidak konsisten. Meskipun begitu, sembelit kronis terkadang juga menjadi penyebab terjadinya encopresis. Sembelit kronis yang merentangkan dinding usus besar, menyebabkan berkurangnya kesadaran anak tersebut akan usus besarnya yang penuh, sehingga menghalangi kontrol otot usus besar untuk menahan feses. Penyebab dari enkopresis yaitu karena anak takut atau frustrasi dengan toilet training dan anak mengalami stress dalam kehidupannya, seperti kelahiran saudara baru (adik) yang dapat berkontribusi pada kekacauan karena ia merasa tidak diperhatikan lagi. Enkopresis dibedakan menjadi retentive encopresis dan nonretentive encopresis.
kriteria diagnostik enkopresis menurut DSM-IV-TR :
A. Pengeluaran feses pada tempat yang tidak sesuai yang terjadi berulang (misal pada pakaian atau lantai) baik itu involunter atau disengaja.
B. Minimal terjadi 1x/bulan untuk min.3 bulan.
C. Usia kronologis min.4 tahun (atau sesuai dengan tahap perkembangan).
D. Perilaku ini secara eksklusif tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (seperti laksansia) atau suatu kondisi medis umum, kecuali melalui suatu mekanisme yang melibatkan konstipasi. Diikuti dengan kode: Dengan konstipasi & overflow incontinence. Tanpa konstipasi & overflow incontinence
kriteria diagnostik enkopresis menurut DSM-IV-TR :
A. Pengeluaran feses pada tempat yang tidak sesuai yang terjadi berulang (misal pada pakaian atau lantai) baik itu involunter atau disengaja.
B. Minimal terjadi 1x/bulan untuk min.3 bulan.
C. Usia kronologis min.4 tahun (atau sesuai dengan tahap perkembangan).
D. Perilaku ini secara eksklusif tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (seperti laksansia) atau suatu kondisi medis umum, kecuali melalui suatu mekanisme yang melibatkan konstipasi. Diikuti dengan kode: Dengan konstipasi & overflow incontinence. Tanpa konstipasi & overflow incontinence
BAGAIMANA CARA MENGATASI ENURESIS?
Enuresis ini dapat diatasi tanpa obat dan dengan obat untuk anak berusia diatas 7 tahun yang tidak berhasil diatasi tanpa obat. Prinsip pengobatan yaitu membuat kandung kencing dapat menahan lebih banyak kencing dan membantu ginjal untuk mengurangi produksi kencing. Pengobatan dengan obat-obatan tentulah memiliki efek samping. Obat-obat yang dipakai yaitu, dessmopressin merupakan sintetik analog arginin vasopresin, bekerja mengurangi produksi air kencing dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung kencing (intravesikular). Efek samping yang sering adalah iritasi hidung bila obat diberikan melalui semprotan hidung dan sakit kepala bahkan menjadi agresif dan mimpi buruk, tapi hilang dengan pemberhentian obat. Dessmopresin diberikan sebelum tidur. Obat lain yang dapat yaitu imipramin yang bersifat antikolinergik tapi mekanismenya belum dimengerti. Ada teori yang mengatakan obat ini menurunkan kontraktilitas kandung kencing sehingga kemampuan pengisian kandung kencing dan kapasitanya diperbesar. Imipramin mempunyai efek yang buruk terhadap jantung.
Di bawah ini beberapa cara mengatasi tanpa obat :
-terapi motivasi (motivational therapy)
dengan memberikan hadiah pada anak bila tidak ngompol, hal ini dilihat dari catatan harian ngompol anak, bila dalam 3-6 bulan tidak berhasil maka dicari cara lain.
-terapi alarm (behaviour modification)
alarm diletakkan dekat alat kelamin anak, bila anak mulai ngompol maka alarm berbunyi sehingga anak terbangun dan menahan kencingnya dan selanjutnya orang tua membantu anak meneruskan buang air kecil di toilet. Cara ini dapat dikombinasikan dengan terapi motivasi. Perubahan positif akan terlihat sekitar 2 minggu atau beberapa bulan. Cara ini memiliki keberhasilan 50 % hingga 70%.
-latihan menahan keluarnya air kencing (bledder training exercise)
cara ini dilakukan pada anak yang memiliki kandung kencing yang kecil.
-terapi kejiwaan (physiotherapy), terapi diet, terapi hipnotis (hypnotherapy) belum banyak dilakukan pada penanganan enuresis primer. Terapi diet yaitu membatasi makanan yang memiliki efek terhadap episode enuresis seperti yang mengandung coklat, soda, kafein.
Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini diperlukan kerja sama antara orang tua, anak bahkan dokter. Sebagai orang tua kita harus menyingkapi masalah ini dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada anak dengan tidak memojokkan atau mengolok-oloknya. Anak justru harus diberi motivasi dan kasih sayang agar terbentuk kepercayaan diri sehingga mereka dapat mengatasi masalah ngompol pada dirinya. Karena ngompol yang berlarut-larut akan mengganggu kehidupan sosial dan psikologis yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.
Di bawah ini beberapa cara mengatasi tanpa obat :
-terapi motivasi (motivational therapy)
dengan memberikan hadiah pada anak bila tidak ngompol, hal ini dilihat dari catatan harian ngompol anak, bila dalam 3-6 bulan tidak berhasil maka dicari cara lain.
-terapi alarm (behaviour modification)
alarm diletakkan dekat alat kelamin anak, bila anak mulai ngompol maka alarm berbunyi sehingga anak terbangun dan menahan kencingnya dan selanjutnya orang tua membantu anak meneruskan buang air kecil di toilet. Cara ini dapat dikombinasikan dengan terapi motivasi. Perubahan positif akan terlihat sekitar 2 minggu atau beberapa bulan. Cara ini memiliki keberhasilan 50 % hingga 70%.
-latihan menahan keluarnya air kencing (bledder training exercise)
cara ini dilakukan pada anak yang memiliki kandung kencing yang kecil.
-terapi kejiwaan (physiotherapy), terapi diet, terapi hipnotis (hypnotherapy) belum banyak dilakukan pada penanganan enuresis primer. Terapi diet yaitu membatasi makanan yang memiliki efek terhadap episode enuresis seperti yang mengandung coklat, soda, kafein.
Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini diperlukan kerja sama antara orang tua, anak bahkan dokter. Sebagai orang tua kita harus menyingkapi masalah ini dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada anak dengan tidak memojokkan atau mengolok-oloknya. Anak justru harus diberi motivasi dan kasih sayang agar terbentuk kepercayaan diri sehingga mereka dapat mengatasi masalah ngompol pada dirinya. Karena ngompol yang berlarut-larut akan mengganggu kehidupan sosial dan psikologis yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.
ENURESIS ??
ENURESIS ??
enuresis adalah keadaan tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bila terjadi ketika tidur malam hari disebut enuresis nocturnal. Hal ini masih dianggap normal bila terjadi pada balita dan apabila masih dialami anak usia di atas 5 tahun perlu mendapat perhatian khusus. Kasus ini tejadi hanya sekitar 1 diantara 100 anak yang tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Pada sebagian besar kasus ngompol dapat sembuh sendiri sampai anak mencapai usia 10-15 tahun. Enuresis sering terjadi pada anak laki-aki daripada perempun. Studi yang dilakukan di beberapa Negara menunjukan bahwa tidak ada pengaruh budaya nampak pada kejadian enuresis pada anak-anak. Di sisi lain, gangguan tersebut tidak muncul untuk berjalan dalam keluarga, anak-anak dengan salah satu orangtua yang basah tempat tidur sebagai seorang anak lima sampai tujuh kali lebih mungkin untuk memiliki enuresis dari anak-anak yang orangtuanya tidak memiliki gangguan dimasa kanak-kanak.
Enuresis sendiri dikelompokkan menjadi enuresis primer, dimana anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih tetap ngompol tetapi bila anak pernah ‘kering’ sedikitnya 6 bulan dan mendadak ngompol lagi maka dikelompokkan pada enuresis sekunder. Umumnya enuresis primer lebih banyak terjadi. Berdasarkan hasil penelitian enuresis jenis ini dapat terjadi karena adanya faktor keturunan, apabila kedua orang tua memiliki riwayat ngompol maka 77% anaknya akan mengalami hal serupa. Bila hanya salah satu orang tua ada riwayat enuresis maka akan terjadi 44% pada anaknya dan bila kedua orang tua sama sekali tidak ada riwayat, kemungkinan terjadi enuresis pada anaknya hanya sekitar 15 %.
enuresis adalah keadaan tidak dapat menahan keluarnya air kencing yang bila terjadi ketika tidur malam hari disebut enuresis nocturnal. Hal ini masih dianggap normal bila terjadi pada balita dan apabila masih dialami anak usia di atas 5 tahun perlu mendapat perhatian khusus. Kasus ini tejadi hanya sekitar 1 diantara 100 anak yang tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Pada sebagian besar kasus ngompol dapat sembuh sendiri sampai anak mencapai usia 10-15 tahun. Enuresis sering terjadi pada anak laki-aki daripada perempun. Studi yang dilakukan di beberapa Negara menunjukan bahwa tidak ada pengaruh budaya nampak pada kejadian enuresis pada anak-anak. Di sisi lain, gangguan tersebut tidak muncul untuk berjalan dalam keluarga, anak-anak dengan salah satu orangtua yang basah tempat tidur sebagai seorang anak lima sampai tujuh kali lebih mungkin untuk memiliki enuresis dari anak-anak yang orangtuanya tidak memiliki gangguan dimasa kanak-kanak.
Enuresis sendiri dikelompokkan menjadi enuresis primer, dimana anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih tetap ngompol tetapi bila anak pernah ‘kering’ sedikitnya 6 bulan dan mendadak ngompol lagi maka dikelompokkan pada enuresis sekunder. Umumnya enuresis primer lebih banyak terjadi. Berdasarkan hasil penelitian enuresis jenis ini dapat terjadi karena adanya faktor keturunan, apabila kedua orang tua memiliki riwayat ngompol maka 77% anaknya akan mengalami hal serupa. Bila hanya salah satu orang tua ada riwayat enuresis maka akan terjadi 44% pada anaknya dan bila kedua orang tua sama sekali tidak ada riwayat, kemungkinan terjadi enuresis pada anaknya hanya sekitar 15 %.
Jumat, 04 Juni 2010
GANGGUAN ELIMINASI
Gangguan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu enuresis dan enkopresis. Enuresis merupakan kondisi dimana anak mengompol di malam hari selama tidur saat anak seusianya sudah mampu menahan kencing atau saat anak tersebut baru bisa menahan kencing tidak lebih dari 6 bulan berturut-turut sebelum enuresis mulai terjadi pada anak. Enuresis merupakan kata dari bahasa Yunani yang berarti “membuat air”. Istilah ini digunakan sebagai istilah medis untuk mengompol, baik saat malam hari (nokturnal) maupun siang hari (diurnal). Istilah enuresis ini lebih sering dianggap mewakili enuresis saat tidur malam hari atau lazim disebut primary nocturnal enuresis (PNE) atau enuresis nokturnal. Enuresis nokturnal merupakan kondisi dimana anak yang sudah mampu menahan kencing saat terjaga tetapi mengompol saat tertidur. Sumber pustaka lainnya secara rinci menyebutkan bahwa syarat enuresis adalah anak berusia 5 tahun ke atas yang mengompol setidaknya 1-2 kali seminggu selama minimal 3 bulan. Namun, disebutkan pula bahwa PNE merupakan kondisi dimana anak mengompol di malam hari selama tidur saat anak seusianya sudah mampu menahan kencing atau saat anak tersebut baru bisa menahan kencing tidak lebih dari 6 bulan berturut-turut sebelum enuresis mulai terjadi pada anak.
Encopresis adalah gangguan eliminasi yang melibatkan berulang kali setelah buang air besar di tempat-tempat yang tidak tepat setelah usia ketika kontrol usus biasanya diharapkan.Encopresis dan enuresis dapat terjadi bersama-sama, meskipun paling sering terjadi secara terpisah.
Encopresis adalah gangguan eliminasi yang melibatkan berulang kali setelah buang air besar di tempat-tempat yang tidak tepat setelah usia ketika kontrol usus biasanya diharapkan.Encopresis dan enuresis dapat terjadi bersama-sama, meskipun paling sering terjadi secara terpisah.
GANGGUAN KOMUNIKASI
DEFINISI
Dalam berkomunikasi kita berbicara dan menggunakan bahasa. Nah, sebelum kita membahas apa saja yang termasuk kedalam gangguan komunikasi alangkah baiknya kita harus tahu dulu apa itu perbedaan bahasa dan bicara tersebut. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu sedangkan bicara merupakan pengucapan yang menunjukan ketrampilan seseorang mengucapakan suara dalam suatu kata. Dalam berkomunikasi juga sering mengalami gangguan atau hambatan. gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi, gangguan mengeluarkan suara, afasia (kesulitan menggunakan kata-kata, biasanya karena memar atau luka pada otak), dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab, termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran. Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dapat mengucapkan suatu kata dengan jelas tetapi ia tidak dapat menyusun dua kata dengan baik. Sebaliknya, ucapan seorang anak mungkin sedikit sulit untuk dimengerti, tetapi ia dapat menyusun kata-kata yang benar untuk menyatakan keinginannya. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan). Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologis dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak. Gangguan bahasa dan berbicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Dari penelitian didapatkan bahwa gangguan bahasa dan berbicara terjadi 1% sampai 32% dari populasi normal dan sebanyak 60% dari kasus yang ditemukan terjadi secara spontan pada anak berumur dibawah 3 tahun.
Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan katakata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oralmotor dalam fungsinya untuk bicara dan makan.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya pada Down sindrom. Pada anak dengan retardasi mental, terdapat disfungsi otak akibat adanya ketidaknormalan yang luas dari struktur otak, neurotransmitter atau mielinisasi, sehingga perkembangan mentalnya terhenti atau tidak lengkap, sehingga berpengaruh pada semua kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif-ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Sumber :
Ramin A, David TW. Dalam : Ricard EB, Robert MK, Hal BJ, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke18. Philadelphia : Saunders, 2004; 15161
Coplan, James. Normal speech and language development : Pediatric In Review, 1995;9199
Kaplan, Harold I. Gangguan komunikasi. Dalam : I Made Wiguna, editor. Sinopsis psikiatri : Bina Rupa Aksara, 1997 ; 76682
Dalam berkomunikasi kita berbicara dan menggunakan bahasa. Nah, sebelum kita membahas apa saja yang termasuk kedalam gangguan komunikasi alangkah baiknya kita harus tahu dulu apa itu perbedaan bahasa dan bicara tersebut. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu sedangkan bicara merupakan pengucapan yang menunjukan ketrampilan seseorang mengucapakan suara dalam suatu kata. Dalam berkomunikasi juga sering mengalami gangguan atau hambatan. gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi, gangguan mengeluarkan suara, afasia (kesulitan menggunakan kata-kata, biasanya karena memar atau luka pada otak), dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab, termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran. Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dapat mengucapkan suatu kata dengan jelas tetapi ia tidak dapat menyusun dua kata dengan baik. Sebaliknya, ucapan seorang anak mungkin sedikit sulit untuk dimengerti, tetapi ia dapat menyusun kata-kata yang benar untuk menyatakan keinginannya. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor ekstrinsik (dari lingkungan). Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologis dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak. Gangguan bahasa dan berbicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Dari penelitian didapatkan bahwa gangguan bahasa dan berbicara terjadi 1% sampai 32% dari populasi normal dan sebanyak 60% dari kasus yang ditemukan terjadi secara spontan pada anak berumur dibawah 3 tahun.
Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan katakata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oralmotor dalam fungsinya untuk bicara dan makan.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya pada Down sindrom. Pada anak dengan retardasi mental, terdapat disfungsi otak akibat adanya ketidaknormalan yang luas dari struktur otak, neurotransmitter atau mielinisasi, sehingga perkembangan mentalnya terhenti atau tidak lengkap, sehingga berpengaruh pada semua kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif-ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Sumber :
Ramin A, David TW. Dalam : Ricard EB, Robert MK, Hal BJ, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke18. Philadelphia : Saunders, 2004; 15161
Coplan, James. Normal speech and language development : Pediatric In Review, 1995;9199
Kaplan, Harold I. Gangguan komunikasi. Dalam : I Made Wiguna, editor. Sinopsis psikiatri : Bina Rupa Aksara, 1997 ; 76682
GANGGUAN EKSPRESIF
Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas terbatas, pemakaian keterangan waktu (tenses) yang tepat, produksi kalimat yang kompleks, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut mendukung diagnosis.
Sumber:
Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Grebb, Jack A. (2002). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan psiatri klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.
Sumber:
Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Grebb, Jack A. (2002). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan psiatri klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.
GANGGUAN RESEPTIF EKSPRESIF
Apa sih reseptif ekspresif itu? Mungkin kalimat itu terdengar asing bagi kita yang belum mengetahuinya. Bahasa reseptif merupakan kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar. sedangkan bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik.
Pada gangguan bahasa campuran reseptif-ekspresif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Ciri klinis penting dari gangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna pada pemahaman bahasa dan ekspresi bahasa. Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa Reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar. Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan symbol auditorik maupun visual, contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk mainan truk dan mainan mobil penumpang. Anak dengan gangguan bahasa campuran reseptif-ekspresif biasanya tampak tuli.
Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, pertama aspek sensorik (input bahasa) yang melibatkan telinga dan mata, dan kedua aspek otorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.
Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat. Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area Wernicke, merupakan pusat persepsi auditoroleksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 Broadman adalah pusat persepsi visuoleksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Pada gangguan bahasa campuran reseptif-ekspresif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Ciri klinis penting dari gangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna pada pemahaman bahasa dan ekspresi bahasa. Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa Reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu gambar. Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan symbol auditorik maupun visual, contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk mainan truk dan mainan mobil penumpang. Anak dengan gangguan bahasa campuran reseptif-ekspresif biasanya tampak tuli.
Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, pertama aspek sensorik (input bahasa) yang melibatkan telinga dan mata, dan kedua aspek otorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.
Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat. Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area Wernicke, merupakan pusat persepsi auditoroleksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 Broadman adalah pusat persepsi visuoleksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
GANGGUAN FONOLOGIS
Anak dengan gangguan ini akan melakukan kesalahan dalam produksi suara, menghilangkan suara tertentu seperti konsonan. Biasanya anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara. Anak-anak yang mengalami gangguan ini menguasai dan mampu menggunakan perbendaharaan kata dalam jumlah besar namun pengucapannya tidak jelas. Contohnya biru diucapkan sebagai biu. Mereka tidak menguasai artikulasi suara dari huruf-huruf yang dikuasai terkemudian, seperti r,s,t,f,z,l, dan c.
Sumber:
Davidson,Gerald C.,Neal,John M.,Kring,Ann M.2006.Psikologi Abnormal.edisi kesembilan.Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
Sumber:
Davidson,Gerald C.,Neal,John M.,Kring,Ann M.2006.Psikologi Abnormal.edisi kesembilan.Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.
APA ITU GAGAP ?
Gagap adalah gangguan dalam berbicara atau lambat di dalam berbicara, umumnya muncul antara usia 3-4 tahun dan dapat berkembang menjadi kasus yang kronik apabila tidak ditangani secara adekuat. Gagap dapat secara spontan menghilang pada usia remaja, namun terapi bicara dan bahasa sebaiknya dilakukan sebelumnya.
Gagap merupakan gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Anak akan melakukan perpanjangan, penyiapan, berhenti dalam berkata dan mengucapkan kalimat, substitusi kata untuk menghindari hambatan dalam berbicara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki usia 23 tahun dan 57 tahun. Sangat sering disertai mengedip mata dan menggoyangkan kepala. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.
Gagap merupakan gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Anak akan melakukan perpanjangan, penyiapan, berhenti dalam berkata dan mengucapkan kalimat, substitusi kata untuk menghindari hambatan dalam berbicara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki usia 23 tahun dan 57 tahun. Sangat sering disertai mengedip mata dan menggoyangkan kepala. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.
DEFINISI FOBIA SEKOLAH
Fobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul atau pun hilang ketika “masa keberangkatan” sudah lewat, atau hari Minggu / libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru atau pun ketika ia menghadapai suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
Berapa lama waktu berlangsungnya fobia sekolah amat tergantung pada penanganan yang dilakukan oleh orangtua. Makin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah (tidak mendapat penanganan apapun), makin lama problem itu akan selesai dan makin sering / intens keluhan yang dilontarkan anak. Namun, makin cepat ditangani, problem biasanya akan berangsur-angsur pulih dalam waktu sekitar 1 atau 2 minggu.
Tingkatan dan Jenis Penolakan Terhadap Sekolah
Para ahli menunjuk adanya beberapa tingkatan school refusal, mulai dari yang ringan hingga yang berat (fobia), yaitu :
1. Initial school refusal behavior
adalah sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (seketika/tiba-tiba) yang berakhir dengan sendirinya tanpa perlu penanganan.
2. Substantial school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang berlangsung selama minimal 2 minggu.
3. Acute school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang bisa berlangsung 2 minggu hingga 1 tahun, dan selama itu anak mengalami masalah setiap kali hendak berangkat sekolah
4. Chronic school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang berlangsung lebih dari setahun, bahkan selama anak tersebut bersekolah di tempat itu.
Berapa lama waktu berlangsungnya fobia sekolah amat tergantung pada penanganan yang dilakukan oleh orangtua. Makin lama anak dibiarkan tidak masuk sekolah (tidak mendapat penanganan apapun), makin lama problem itu akan selesai dan makin sering / intens keluhan yang dilontarkan anak. Namun, makin cepat ditangani, problem biasanya akan berangsur-angsur pulih dalam waktu sekitar 1 atau 2 minggu.
Tingkatan dan Jenis Penolakan Terhadap Sekolah
Para ahli menunjuk adanya beberapa tingkatan school refusal, mulai dari yang ringan hingga yang berat (fobia), yaitu :
1. Initial school refusal behavior
adalah sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (seketika/tiba-tiba) yang berakhir dengan sendirinya tanpa perlu penanganan.
2. Substantial school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang berlangsung selama minimal 2 minggu.
3. Acute school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang bisa berlangsung 2 minggu hingga 1 tahun, dan selama itu anak mengalami masalah setiap kali hendak berangkat sekolah
4. Chronic school refusal behavior
adalah sikap penolakan yang berlangsung lebih dari setahun, bahkan selama anak tersebut bersekolah di tempat itu.
JENIS - JENIS FOBIA SEKOLAH
Terdapat bermacam-macam jenis fobia sekolah. Umumnya para ahli menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis fobia sekolah yang ditandai dengan penolakan masuk sekolah mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat.
1.Fobia sekolah tahap awal atau initial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orang tua dapat segera menyembuhkan ketakutannya.
2.Fobia sekolah yang lebih besar atau substantial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutannya, orang tua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru kelas, konselor anak atau guru BP di sekolah tersebut. Kalau pada tahap ini ketakutan anak tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya, yaitu tahap akut.
3.Fobia sekolah tahap akut atau biasa disebut dengan istilah acute school refusal behavior. Ini adalah perilaku penolakan yang sudah berlangsung lebih lama lagi, yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali terapi dan mungkin sudah membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater.
4.Tingkat fobia yang paling berat adalah chronic school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak pergi ke sekolah yang sudah lebih dari setahun.
1.Fobia sekolah tahap awal atau initial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orang tua dapat segera menyembuhkan ketakutannya.
2.Fobia sekolah yang lebih besar atau substantial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutannya, orang tua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru kelas, konselor anak atau guru BP di sekolah tersebut. Kalau pada tahap ini ketakutan anak tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya, yaitu tahap akut.
3.Fobia sekolah tahap akut atau biasa disebut dengan istilah acute school refusal behavior. Ini adalah perilaku penolakan yang sudah berlangsung lebih lama lagi, yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali terapi dan mungkin sudah membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater.
4.Tingkat fobia yang paling berat adalah chronic school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak pergi ke sekolah yang sudah lebih dari setahun.
Kamis, 03 Juni 2010
Tanda-tanda Fobia Sekolah
Berikut ini adalah tanda-tanda yang dialami anak-anak yang fobia sekolah :
1. Menolak berangkat ke sekolah.
2. Bersedia datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian ingin pulang.
3. Pergi ke sekolah sambil menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan sikap rewel seperti menjerit-jerit di kelas, agresif dan kasar terhadap anak lainnya atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan gurunya.
4. Menunjukkan ekspresi wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih agar diijinkan pulang – dan ini berlangsung selama periode tertentu.
5. Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
6. Keluhan fisik sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Mereka berharap dengan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
7. Keluhan lainnya di luar keluhan fisik dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
1. Menolak berangkat ke sekolah.
2. Bersedia datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian ingin pulang.
3. Pergi ke sekolah sambil menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan sikap rewel seperti menjerit-jerit di kelas, agresif dan kasar terhadap anak lainnya atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan gurunya.
4. Menunjukkan ekspresi wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih agar diijinkan pulang – dan ini berlangsung selama periode tertentu.
5. Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
6. Keluhan fisik sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Mereka berharap dengan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
7. Keluhan lainnya di luar keluhan fisik dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
Faktor Penyebab Fobia Sekolah
Dibawah ini ada beberapa penyebab Fobia sekolah yang biasa dilalami oleh anak-anak menurut para ahli :
1. Separation Anxiety
Penyebabnya antara lain karena anak mengalami separation anxiety, yang pada umumnya dialami anak usia balita (18-24 bulan). Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu cukup lama. Mereka tak hanya akan merasa rindu terhadap ayah ibu atau pun mainannya, tetapi juga cemas menghadapi tantangan. Pemicu lainnya anak mengalami pengalaman negatif di sekolah dan tekanan di dalam rumah, seperti ayah ibu sering bertengkar sehingga menganggu konsentrasi belajar.
2. Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Kemungkinan anak-anak malas masuk ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah dicemooh dan diejek teman-temanya di sekolah. Juga bisa saja karena persepsinya akan guru yang galak, hal tersebutlah yang membuat anak-anak mogok sekolah.
Atau, ada hal lain, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi bad mood, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah.
Tidak semua anak bisa menceritakan ketakutannya itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan memformulasikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orang tua karena dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain.
3. Problem Dalam Keluarga
Hal lain bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua dan keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar dan bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara orang tuanya, hal ini menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orang tuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
1. Separation Anxiety
Penyebabnya antara lain karena anak mengalami separation anxiety, yang pada umumnya dialami anak usia balita (18-24 bulan). Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu cukup lama. Mereka tak hanya akan merasa rindu terhadap ayah ibu atau pun mainannya, tetapi juga cemas menghadapi tantangan. Pemicu lainnya anak mengalami pengalaman negatif di sekolah dan tekanan di dalam rumah, seperti ayah ibu sering bertengkar sehingga menganggu konsentrasi belajar.
2. Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Kemungkinan anak-anak malas masuk ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah dicemooh dan diejek teman-temanya di sekolah. Juga bisa saja karena persepsinya akan guru yang galak, hal tersebutlah yang membuat anak-anak mogok sekolah.
Atau, ada hal lain, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi bad mood, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah.
Tidak semua anak bisa menceritakan ketakutannya itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan memformulasikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orang tua karena dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain.
3. Problem Dalam Keluarga
Hal lain bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua dan keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar dan bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara orang tuanya, hal ini menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orang tuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
cara Penanganan fobia sekolah
Fobia sekolah bukanlah kelainan yang menetap. Dengan penanganan yang teratur dan bijaksana, masalah fobia sekolah dapat disembuhkan. Berikut ini beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menangani anak yang fobia sekolah.
Pertama, mengharuskan anak tetap bersekolah. Para psikolog berpendapat bahwa manusia membutuhkan “kondisi terpaksa” untuk mengalahkan rasa takutnya. Maka terapi yang terbaik untuk anak yang mengalami fobia sekolah adalah dengan tetap memaksanya pergi ke sekolah setiap hari.
Kedua, buka komunikasi dengan anak-anak dan perhatikan keluhan-keluhan mereka. Memperhatikan keluhan-keluhan anak dapat dilakukan melalui sikap listening dan emphaty. Linstening berarti mendengarkan. Kata “mendengar” berbeda dengan “mendengarkan”. Mendengarkan artinya mendengarkan dengan hati apa yang diutarakan oleh anak, sehingga orang tua dapat memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anak dibalik kata-kata yang diucapkan. Sedangkan emphaty adalah sikap rela menempatkan diri pada posisi anak. Dengan menempatkan diri pada posisi anak, orang tua dapat merasakan apa yang dirasakan anak, mengerti apa yang dimengerti anak, melihat apa yang dilihat anak dan berpikir seperti yang dipikirkan anak. Dengan demikian orang tua dapat memberi perhatian dan mengambil tindakan dengan bijaksana.
Ketiga, konsultasikan keluhan-keluhan anak ke ahli sesuai dengan bidangnya. Kalau keluhan itu menyangkut masalah gangguan fisiknya, konsultasikan kepada ahli medis atau dokter. Jika keluhan itu menyangkut masalah gangguan emosinya, konsultasikan kepada psikolog atau konselor di sekolah. Jika gangguan itu menyangkut masalah pelajaran atau hubungan dengan teman-teman di kelas, konsultasikan dengan guru kelasnya.
Pertama, mengharuskan anak tetap bersekolah. Para psikolog berpendapat bahwa manusia membutuhkan “kondisi terpaksa” untuk mengalahkan rasa takutnya. Maka terapi yang terbaik untuk anak yang mengalami fobia sekolah adalah dengan tetap memaksanya pergi ke sekolah setiap hari.
Kedua, buka komunikasi dengan anak-anak dan perhatikan keluhan-keluhan mereka. Memperhatikan keluhan-keluhan anak dapat dilakukan melalui sikap listening dan emphaty. Linstening berarti mendengarkan. Kata “mendengar” berbeda dengan “mendengarkan”. Mendengarkan artinya mendengarkan dengan hati apa yang diutarakan oleh anak, sehingga orang tua dapat memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anak dibalik kata-kata yang diucapkan. Sedangkan emphaty adalah sikap rela menempatkan diri pada posisi anak. Dengan menempatkan diri pada posisi anak, orang tua dapat merasakan apa yang dirasakan anak, mengerti apa yang dimengerti anak, melihat apa yang dilihat anak dan berpikir seperti yang dipikirkan anak. Dengan demikian orang tua dapat memberi perhatian dan mengambil tindakan dengan bijaksana.
Ketiga, konsultasikan keluhan-keluhan anak ke ahli sesuai dengan bidangnya. Kalau keluhan itu menyangkut masalah gangguan fisiknya, konsultasikan kepada ahli medis atau dokter. Jika keluhan itu menyangkut masalah gangguan emosinya, konsultasikan kepada psikolog atau konselor di sekolah. Jika gangguan itu menyangkut masalah pelajaran atau hubungan dengan teman-teman di kelas, konsultasikan dengan guru kelasnya.
Bentuk-bentuk Anxiety Disorder
1.Generalized Anxiety Disorder
Ciri-ciri umumnya sih sebenernya sama kayak cemas biasa. Yang bikin beda adalah, penderita generalized anxiety disorder cemasnya terus menerus. Hampir sepanjang hari dia habiskan untuk mencemaskan hal-hal yang sebenarnya nggak perlu. Akibatnya, dia jadi nggak bisa menjalankan hidup dengan normal. Boro-boro mau mikirin pelajaran, tiap saat otaknya selalu dipenuhi pikiran-pikiran buruk yang bikin dia selalu khawatir.
2.Social Anxiety Disorder
Disebut juga social phobia, orang yang mengidap gangguan ini bakal ngerasa takut banget kalo harus berinteraksi dengan orang lain. Dia takut dicap buruk oleh orang lain dan dipermalukan di depan umum. So, dia lebih memilih menghindar dari lingkungannya.
3.Post-traumatic Stress Disorder
Ini adalah gangguan kecemasan yang muncul gara-gara seseorang baru mengalami sebuah peristiwa yang traumatis.
4.Panic Disorder
Lagi nggak ngapa-ngapain, tiba-tiba aja lo kena “serangan”. Dada berdegup kencang, kepala pusing, mata berkunang-kunang, nafas jadi sesak, dan merasa seperti mau mati atau mau gila. Itu namanya panic attack. Kalo serangan ini terjadi berulang-ulang, namanya panic disorder.
5.Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Penderita OCD biasanya ngerasa harus melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas, dan nggak bisa dikontrol. Misalnya, belasan kali mengecek apakah lampu kamar udah dimatikan atau belum. Atau mencuci tangan berkali-kali, dan merapikan semua buku di rak supaya sejajar.
6.Phobia
Rasa takut yang berlebihan terhadap hal-hal yang nggak perlu ditakuti.
Selain itu ada beberapa kategori gangguan kecemasan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV yang sering dibahas diantaranya adalah:
1) Gangguan panik tanpa agoraphobia
2) Gangguan panik dengan agoraphobia
3) Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik
4) Phobia spesifik
5) Phobia sosial
6) Gangguan obsesif-kompulsif
7) Gangguan stres pasca traumatik
8) Gangguan stres akut
9) Gangguan kecemasan umum
10) Gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi
Ciri-ciri umumnya sih sebenernya sama kayak cemas biasa. Yang bikin beda adalah, penderita generalized anxiety disorder cemasnya terus menerus. Hampir sepanjang hari dia habiskan untuk mencemaskan hal-hal yang sebenarnya nggak perlu. Akibatnya, dia jadi nggak bisa menjalankan hidup dengan normal. Boro-boro mau mikirin pelajaran, tiap saat otaknya selalu dipenuhi pikiran-pikiran buruk yang bikin dia selalu khawatir.
2.Social Anxiety Disorder
Disebut juga social phobia, orang yang mengidap gangguan ini bakal ngerasa takut banget kalo harus berinteraksi dengan orang lain. Dia takut dicap buruk oleh orang lain dan dipermalukan di depan umum. So, dia lebih memilih menghindar dari lingkungannya.
3.Post-traumatic Stress Disorder
Ini adalah gangguan kecemasan yang muncul gara-gara seseorang baru mengalami sebuah peristiwa yang traumatis.
4.Panic Disorder
Lagi nggak ngapa-ngapain, tiba-tiba aja lo kena “serangan”. Dada berdegup kencang, kepala pusing, mata berkunang-kunang, nafas jadi sesak, dan merasa seperti mau mati atau mau gila. Itu namanya panic attack. Kalo serangan ini terjadi berulang-ulang, namanya panic disorder.
5.Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Penderita OCD biasanya ngerasa harus melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas, dan nggak bisa dikontrol. Misalnya, belasan kali mengecek apakah lampu kamar udah dimatikan atau belum. Atau mencuci tangan berkali-kali, dan merapikan semua buku di rak supaya sejajar.
6.Phobia
Rasa takut yang berlebihan terhadap hal-hal yang nggak perlu ditakuti.
Selain itu ada beberapa kategori gangguan kecemasan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV yang sering dibahas diantaranya adalah:
1) Gangguan panik tanpa agoraphobia
2) Gangguan panik dengan agoraphobia
3) Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik
4) Phobia spesifik
5) Phobia sosial
6) Gangguan obsesif-kompulsif
7) Gangguan stres pasca traumatik
8) Gangguan stres akut
9) Gangguan kecemasan umum
10) Gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi
ANXIETY DISORDER
DEFINISI
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.
Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh. Gangguan panik timbul pada usia muda dan dewasa (pertengahan-30an). dapat juga timbul pada usia muda dan usia lanjut. Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut. salah satunya terganggunya fungsi sosial dalam diri individu. Misalnya, kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu maupun kelompoknya.
Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang dicintainya. Perasaan-perasaam tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang tidak disadari oleh individu.
Berbeda dengan pendapat psikoanalisa, ahli psikologi teori belajar beranggapan bahwa kecemasan lebih disebabkan peristiwa eksternal dibandingkan konflik internal dalam pribadi individu. Adanya pengkondisian yang siap (prepared conditioning) pada individu membuat individu semakin siap dalam menghadapi pelbagai situasi stressor dikemudian hari.
Analisis kognitif munculnya kecemasan disebabkan oleh bagaimana individu memikirkan situasi dan kemungkinan-kemungkinan bahaya yang mungkin dapat muncul. Pikiran-pikiran tersebut kadang tidak realistik, individu cenderung untuk menambahkan tingkat bahaya tersebut dibandingkan pada orang normal yang menilai "tidak begitu berbahaya". Akibatnya indvidu meningkatkan tingkat kewaspadaan secara berlebihan (tentunya dengan ada rasa cemas berlebihan) dan mencari-cari tanda bahaya. Misalnya saja suara bising ditengah malam pada sebuah rumah, individu menginterpretasikan seebagai perampokan dan sebagainya. Parahnya tingkat kecemasan sangat tergantung pada indvidu bagaimana melakukan obsesi kecemasannya itu.
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.
Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh. Gangguan panik timbul pada usia muda dan dewasa (pertengahan-30an). dapat juga timbul pada usia muda dan usia lanjut. Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut. salah satunya terganggunya fungsi sosial dalam diri individu. Misalnya, kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu maupun kelompoknya.
Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang dicintainya. Perasaan-perasaam tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang tidak disadari oleh individu.
Berbeda dengan pendapat psikoanalisa, ahli psikologi teori belajar beranggapan bahwa kecemasan lebih disebabkan peristiwa eksternal dibandingkan konflik internal dalam pribadi individu. Adanya pengkondisian yang siap (prepared conditioning) pada individu membuat individu semakin siap dalam menghadapi pelbagai situasi stressor dikemudian hari.
Analisis kognitif munculnya kecemasan disebabkan oleh bagaimana individu memikirkan situasi dan kemungkinan-kemungkinan bahaya yang mungkin dapat muncul. Pikiran-pikiran tersebut kadang tidak realistik, individu cenderung untuk menambahkan tingkat bahaya tersebut dibandingkan pada orang normal yang menilai "tidak begitu berbahaya". Akibatnya indvidu meningkatkan tingkat kewaspadaan secara berlebihan (tentunya dengan ada rasa cemas berlebihan) dan mencari-cari tanda bahaya. Misalnya saja suara bising ditengah malam pada sebuah rumah, individu menginterpretasikan seebagai perampokan dan sebagainya. Parahnya tingkat kecemasan sangat tergantung pada indvidu bagaimana melakukan obsesi kecemasannya itu.
Gejala Umum Kecemasan
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masing-masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat mengganggu.
1)Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2)Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3)Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4)Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
5)Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual
6)Gangguan tidur
7)Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8)Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat
9)Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10)Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain)
1)Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2)Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3)Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4)Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor
5)Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual
6)Gangguan tidur
7)Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8)Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat
9)Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10)Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain)
Cara Mengatasi Kemunculan Gangguan Kecemasan
Dibawah ini ada beberapa hal agar kecemasan tersebut bisa dicegah :
1) Kontrol pernafasan yang baik
Rasa cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini disebabkan otak "bekerja" memutuskan fight or flight ketika respon stres diterima oleh otak. Akibatnya suplai oksigen untuk jaringan tubuh semakin meningkat, ketidakseimbangan jumlah oksigen dan karbondiosida di dalam otak membuat tubuh gemetar, kesulitan bernafas, tubuh menjadi lemah dan gangguan visual. Ambil dalam-dalam sampai memenuhi paru-paru, lepaskan dengan perlahan-lahan akan membuat tubuh jadi nyaman, mengontrol pernafasan juga dapat menghindari serangan panik.
2) Melakukan relaksasi
Kecemasan meningkatkan tension otot, tubuh menjadi pegal terutama pada leher, kepala dan rasa nyeri pada dada. Cara yang dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan, usahakanlah menemukan kenyamanan selama 30 menit.
3) Intervensi kognitif
Kecemasan timbul akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi permasalahan, pikiran-pikiran negatif secara terus-menerus berkembang dalam pikiran. caranya adalah dengan melakukan intervensi pikiran negatif dengan pikiran positif, sugesti diri dengan hal yang positif, singkirkan pikiran-pikiran yang tidak realistik. Bila tubuh dan pikiran dapat merasakan kenyamanan maka pikiran-pikiran positif yang lebih konstruktif dapat meuncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan dalam menyelesaikan permasalahan.
4) Pendekatan agama
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran, kedekatan terhadap Tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan-harapan positif.
5) Pendekatan keluarga
Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan. Jangan ragu untuk menceritakan permasalahan yang dihadapi bersama-sama anggota keluarga. Ceritakan masalah yang dihadapi secara tenang, katakan bahwa kondisi Anda saat ini sangat tidak menguntungkan dan membutuhkan dukungan anggota keluarga lainnya. Mereka akan berusaha bersama-sama Anda untuk memecahakan masalah Anda yang terbaik.
6) Olahraga
Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan. Olaharaga akan menyalurkan tumpukan stres secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan, dan memberikan rasa nyaman kepada diri Anda.
1) Kontrol pernafasan yang baik
Rasa cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini disebabkan otak "bekerja" memutuskan fight or flight ketika respon stres diterima oleh otak. Akibatnya suplai oksigen untuk jaringan tubuh semakin meningkat, ketidakseimbangan jumlah oksigen dan karbondiosida di dalam otak membuat tubuh gemetar, kesulitan bernafas, tubuh menjadi lemah dan gangguan visual. Ambil dalam-dalam sampai memenuhi paru-paru, lepaskan dengan perlahan-lahan akan membuat tubuh jadi nyaman, mengontrol pernafasan juga dapat menghindari serangan panik.
2) Melakukan relaksasi
Kecemasan meningkatkan tension otot, tubuh menjadi pegal terutama pada leher, kepala dan rasa nyeri pada dada. Cara yang dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan, usahakanlah menemukan kenyamanan selama 30 menit.
3) Intervensi kognitif
Kecemasan timbul akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi permasalahan, pikiran-pikiran negatif secara terus-menerus berkembang dalam pikiran. caranya adalah dengan melakukan intervensi pikiran negatif dengan pikiran positif, sugesti diri dengan hal yang positif, singkirkan pikiran-pikiran yang tidak realistik. Bila tubuh dan pikiran dapat merasakan kenyamanan maka pikiran-pikiran positif yang lebih konstruktif dapat meuncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan dalam menyelesaikan permasalahan.
4) Pendekatan agama
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran, kedekatan terhadap Tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan-harapan positif.
5) Pendekatan keluarga
Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan. Jangan ragu untuk menceritakan permasalahan yang dihadapi bersama-sama anggota keluarga. Ceritakan masalah yang dihadapi secara tenang, katakan bahwa kondisi Anda saat ini sangat tidak menguntungkan dan membutuhkan dukungan anggota keluarga lainnya. Mereka akan berusaha bersama-sama Anda untuk memecahakan masalah Anda yang terbaik.
6) Olahraga
Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan. Olaharaga akan menyalurkan tumpukan stres secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan, dan memberikan rasa nyaman kepada diri Anda.
TERAPI GANGGUAN KECEMASAN
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan :
1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2.Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3.Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik.
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
4.Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya :
a) Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan.
b) Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c) Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d) Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e) Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut.
1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2.Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3.Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik.
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
4.Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya :
a) Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan.
b) Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c) Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d) Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e) Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut.
GANGGUAN KECEMASAN PADA ANAK DAN REMAJA
Anak dan remaja dengan gangguan kecemasan secara umum atau generalized anxiety disorder (GAD) sering terbelenggu dalam kekhawatiran terhadap kesuksesan dan kemampuan mereka guna mendapatkan pengakuan dari orang lain. Dalam hal ini anak menerapkan target yang cukup tinggi dalam mengerjakan tugasnya agar diperoleh hasil yang sempurna.
Pencapaian target tersebut muncul karena adanya perasaan ketakutan yang cukup mendalam, ketakutan akan gagal, ditolak, dihina taupun diejek oleh lingkungannya. Adanya tuntutan yang berlebih ini kurang didukung dengan perasaan dan keadaan dirinya karena mereka memiliki keragu-raguan yang besar dan tidak yakin atas kemampuannya, bahkan mengkritik dirinya dengan menilai kelemahan yang ada dalam dirinya.
Selain itu anak juga menunjukkan perilaku yang kaku dan kekhawatiran yang berlebih terhadap suatu aturan. Sebagian anak menunjukkan sikap pemalu, dan tidak merasa nyaman dengan suatu hobbi atau kegiatan rekreasi bersama. Tidak jarang diantara mereka menyadari bahwa keadaan dan kekhawatiran yang dialami lebih disebabkan karena situasi yang sedang terjadi, namun mereka tidak dapat menghentikan kecemasannya tersebut.
Berikut ini bentuk perilaku dari gangguan kecemasan umum atau GAD (generalized anxiety disorder) :
Ciri perilaku pada anak :
1.Menangis, marah (tantrum), berdiam diri, ketakutan, tergantung
2.Pemalu yang berlebih
3.Menghindari interaksi dengan orang baru, dan merasa menderita dengan lingkungan sosial yang baru.
Gangguan kecemasan umum pada anak ini biasanya terjadi dan menetap selama enam bulan dan berpengaruh pada perilaku sehari-hari baik di rumah, sekolah, atau dengan teman-temannya.
Sedangkan ciri perilaku pada remaja adalah :
4.Kecemasan yang menunjukkan pada gejala fisik. Misal: berkeringat, sakit perut, gemetar, sesak di dada, sakit kepala, atau gelisah.
5.Menunjukkan perilaku menghindar. Misalnya saja menghindari kegiatan sekolah, atau menghindar dari lingkungan sosialnya dan malas bergaul
6.Gangguan tidur atau kesulitan untuk tidur
7.Kekhawatiran yang berlebih Dalam hal ini peran orangtua sangatlah diperlukan guna membantu anak atau remaja dalam menangani kecemasan yang dialaminya.
Hendaknya orangtua dapat lebih peka terhadap keadaan atau perubahan yang sedang dialami oleh anak. Berbicara secara langsung merupakan salah satu cara yang paling efektif dan memiliki pengaruh luas terhadap jiwa anak. Membicarakan mengenai kekhawatiran dan ketakutan yang dirasakan mereka, diharapkan akan sangat membantu meringankan beban yang dialami. Orangtua dapat pula menyampaikan pada mereka bahwa orang lain juga pernah mengalami hal yang serupa. Hal lain yang dapat diperoleh bahwasannya dengan berbicara secara langsung, orangtua mampu menguatkan anak dalam beradaptasi dengan kondisi dan keadaannya saat ini.
Disamping itu juga orangtua dapat memberikan dorongan dan semangat dengan menggali potensi atau keahlian dalam diri anak. Sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya dan tidak lagi merasa malu atau minder dengan keadaannya. Melalui berbicara ataupun berinterkasi dengan anak diharapkan nantinya kecemasan yang muncul dapat berkurang bahkan hilang.
Gangguan kecemasan umum dapat pula ditangani dengan melibatkan bantuan terapis, dokter, pihak sekolah, maupun keluarga. Adanya keterbukaan dan komunikasi baik antara keluarga, sekolah, dan profesional yang lain dapat meningkatkan kualitas hidup pada anak dan remaja yang sedang mengalami kecemasan.
Pencapaian target tersebut muncul karena adanya perasaan ketakutan yang cukup mendalam, ketakutan akan gagal, ditolak, dihina taupun diejek oleh lingkungannya. Adanya tuntutan yang berlebih ini kurang didukung dengan perasaan dan keadaan dirinya karena mereka memiliki keragu-raguan yang besar dan tidak yakin atas kemampuannya, bahkan mengkritik dirinya dengan menilai kelemahan yang ada dalam dirinya.
Selain itu anak juga menunjukkan perilaku yang kaku dan kekhawatiran yang berlebih terhadap suatu aturan. Sebagian anak menunjukkan sikap pemalu, dan tidak merasa nyaman dengan suatu hobbi atau kegiatan rekreasi bersama. Tidak jarang diantara mereka menyadari bahwa keadaan dan kekhawatiran yang dialami lebih disebabkan karena situasi yang sedang terjadi, namun mereka tidak dapat menghentikan kecemasannya tersebut.
Berikut ini bentuk perilaku dari gangguan kecemasan umum atau GAD (generalized anxiety disorder) :
Ciri perilaku pada anak :
1.Menangis, marah (tantrum), berdiam diri, ketakutan, tergantung
2.Pemalu yang berlebih
3.Menghindari interaksi dengan orang baru, dan merasa menderita dengan lingkungan sosial yang baru.
Gangguan kecemasan umum pada anak ini biasanya terjadi dan menetap selama enam bulan dan berpengaruh pada perilaku sehari-hari baik di rumah, sekolah, atau dengan teman-temannya.
Sedangkan ciri perilaku pada remaja adalah :
4.Kecemasan yang menunjukkan pada gejala fisik. Misal: berkeringat, sakit perut, gemetar, sesak di dada, sakit kepala, atau gelisah.
5.Menunjukkan perilaku menghindar. Misalnya saja menghindari kegiatan sekolah, atau menghindar dari lingkungan sosialnya dan malas bergaul
6.Gangguan tidur atau kesulitan untuk tidur
7.Kekhawatiran yang berlebih Dalam hal ini peran orangtua sangatlah diperlukan guna membantu anak atau remaja dalam menangani kecemasan yang dialaminya.
Hendaknya orangtua dapat lebih peka terhadap keadaan atau perubahan yang sedang dialami oleh anak. Berbicara secara langsung merupakan salah satu cara yang paling efektif dan memiliki pengaruh luas terhadap jiwa anak. Membicarakan mengenai kekhawatiran dan ketakutan yang dirasakan mereka, diharapkan akan sangat membantu meringankan beban yang dialami. Orangtua dapat pula menyampaikan pada mereka bahwa orang lain juga pernah mengalami hal yang serupa. Hal lain yang dapat diperoleh bahwasannya dengan berbicara secara langsung, orangtua mampu menguatkan anak dalam beradaptasi dengan kondisi dan keadaannya saat ini.
Disamping itu juga orangtua dapat memberikan dorongan dan semangat dengan menggali potensi atau keahlian dalam diri anak. Sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya dan tidak lagi merasa malu atau minder dengan keadaannya. Melalui berbicara ataupun berinterkasi dengan anak diharapkan nantinya kecemasan yang muncul dapat berkurang bahkan hilang.
Gangguan kecemasan umum dapat pula ditangani dengan melibatkan bantuan terapis, dokter, pihak sekolah, maupun keluarga. Adanya keterbukaan dan komunikasi baik antara keluarga, sekolah, dan profesional yang lain dapat meningkatkan kualitas hidup pada anak dan remaja yang sedang mengalami kecemasan.
Selasa, 13 April 2010
PENGERTIAN DISGRAFIA
Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
CIRI-CIRI DARI DISGRAFIA
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini, Di antaranya adalah:
1.Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2.Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3.Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4.Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5.Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6.Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7.Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8.Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
1.Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2.Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3.Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4.Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5.Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6.Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7.Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8.Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
Hal yang Dapat dilakukan untuk Anak Disgrafia
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini, Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
PENGERTIAN DISKALKULIA
Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis.
Diskalkulia adalah ketrampilan matematik yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan inteligensi anak. Kata itu berasal dari bahasa Yunani. Dys artinya ‘tuna’. Calculus artinya ‘kerikil’, manik, dekak, atau kelereng. Mungkin karena zaman purba orang berhitung dengan alat bantu batu kerikil maka dari sinilah istilah discalculia tersebut berasal. Dari penelitian para ahli ternyata diskalkulia tidak ada hubungan langsung dengan tingkat inteligensi. Penyebabnya lebih karena disfungsi bagian syaraf tertentu di otak manusia. Mengapa sampai terjadi disfungsi juga berbeda-beda sebabnya. Dalam beberapa kasus ternyata pada waktu kecil pernah mengalami hyperthermia atau panas tubuh terlalu tinggi sehingga harus dimasukkan ke cooling chamber. Akibatnya, mungkin terjadi cedera pada bagian syaraf otak tersebut. Diskalkulia juga ada sebagian yang sifatnya warisan turun temurun karena defeksi pada sel tertentu DNA mereka.
Diskalkulia adalah ketrampilan matematik yang berada di bawah tingkatan usia, pendidikan dan inteligensi anak. Kata itu berasal dari bahasa Yunani. Dys artinya ‘tuna’. Calculus artinya ‘kerikil’, manik, dekak, atau kelereng. Mungkin karena zaman purba orang berhitung dengan alat bantu batu kerikil maka dari sinilah istilah discalculia tersebut berasal. Dari penelitian para ahli ternyata diskalkulia tidak ada hubungan langsung dengan tingkat inteligensi. Penyebabnya lebih karena disfungsi bagian syaraf tertentu di otak manusia. Mengapa sampai terjadi disfungsi juga berbeda-beda sebabnya. Dalam beberapa kasus ternyata pada waktu kecil pernah mengalami hyperthermia atau panas tubuh terlalu tinggi sehingga harus dimasukkan ke cooling chamber. Akibatnya, mungkin terjadi cedera pada bagian syaraf otak tersebut. Diskalkulia juga ada sebagian yang sifatnya warisan turun temurun karena defeksi pada sel tertentu DNA mereka.
CIRI-CIRI DISKALKULIA
Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah "math difficulty" karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.
Inilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan :
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.
Ciri khas dari diskalkulia adalah kegagalan dalam ketrampilan :
- linguistik (memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke simbol matematika),
- perseptual (kemampuan untuk memahami simbol dan mengurutkan kelompok angka)
- matematik (+/-/x/: dan cara mengoperasikannya)
- atensional (mengkopi bentuk dengan benar, mengoperasikan simbol dengan benar)
- Prevalensi ± 5% anak usia sekolah
- Anak perempuan > anak laki-laki
- Biasanya disertai gangguan belajar yang lain
- Kebanyakan terdeteksi ketika berada di kelas 2 dan 3 SD (6-8 th)
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com dan berbagai sumber
Inilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan :
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.
Ciri khas dari diskalkulia adalah kegagalan dalam ketrampilan :
- linguistik (memahami istilah matematika, mengubah soal tulisan ke simbol matematika),
- perseptual (kemampuan untuk memahami simbol dan mengurutkan kelompok angka)
- matematik (+/-/x/: dan cara mengoperasikannya)
- atensional (mengkopi bentuk dengan benar, mengoperasikan simbol dengan benar)
- Prevalensi ± 5% anak usia sekolah
- Anak perempuan > anak laki-laki
- Biasanya disertai gangguan belajar yang lain
- Kebanyakan terdeteksi ketika berada di kelas 2 dan 3 SD (6-8 th)
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com dan berbagai sumber
PENYEBAB DISKALKULIA
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:
1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3. Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3. Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
PENANGANAN UNTUK DISKALKULIA
Diagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.
Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:
1.Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah atau urutan dari proses keseluruhannya.
2.Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3.Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
4.Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
5.Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
6.Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
7.Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
8.Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:
1.Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah atau urutan dari proses keseluruhannya.
2.Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3.Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.
4.Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.
5.Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.
6.Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.
7.Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
8.Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
Sumber : http://www.tabloid-nakita.com
DISLEKSIA
Pengertian
Tahukah Anda bahwa dyslexia (disleksia dalam bahasa Indonesia) adalah penyebab yang paling umum dari masalah kesulitan mengeja, membaca dan menulis? Apa itu disleksia? disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal"). Jadi, menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Disleksia adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Dyslexia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi dengan baik. Secara khusus, hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis karena seseorang dengan problem dyslexia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi. Tentunya ini menghambat kemampuan seorang anak untuk belajar membaca, bahkan jika anak mempunyai intelegensia normal dan instruksi yang jelas. Dyslexia mempengaruhi 15-20% dari populasi, dan terjadi pada laki-laki dua kali lebih banyak dari pada perempuan. Para penderita dyslexia disebut dyslexics. Anak dengan disleksia melihat tulisan seolah campur aduk, sehingga sulit dibaca dan sulit diiingat. Mungkin, kalimat seperti, “liburan sekolah tahun lalu Andi ikut ayah ke kampung halamannya”, akan terlihat oleh anak-anak ini: “Liran sekah tan llu it Aah ke kaung halanya” atau “liburansekolahtahunlaluAndiikutayahkekampunghalamannya”.
Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa. Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai "Alexia". Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditenggarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah.
Sumber: http://www.indonusa.ac.id/
Tahukah Anda bahwa dyslexia (disleksia dalam bahasa Indonesia) adalah penyebab yang paling umum dari masalah kesulitan mengeja, membaca dan menulis? Apa itu disleksia? disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal"). Jadi, menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Disleksia adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Dyslexia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi dengan baik. Secara khusus, hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis karena seseorang dengan problem dyslexia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi. Tentunya ini menghambat kemampuan seorang anak untuk belajar membaca, bahkan jika anak mempunyai intelegensia normal dan instruksi yang jelas. Dyslexia mempengaruhi 15-20% dari populasi, dan terjadi pada laki-laki dua kali lebih banyak dari pada perempuan. Para penderita dyslexia disebut dyslexics. Anak dengan disleksia melihat tulisan seolah campur aduk, sehingga sulit dibaca dan sulit diiingat. Mungkin, kalimat seperti, “liburan sekolah tahun lalu Andi ikut ayah ke kampung halamannya”, akan terlihat oleh anak-anak ini: “Liran sekah tan llu it Aah ke kaung halanya” atau “liburansekolahtahunlaluAndiikutayahkekampunghalamannya”.
Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa. Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai "Alexia". Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditenggarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah.
Sumber: http://www.indonusa.ac.id/
PENYEBAB DISLEKSIA
Diperkirakan 3 sampai 15% anak bersekolah di Amerika Serikat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk menggantikan gangguan belajar. Anak laki-laki dengan gangguan belajar bisa melebihi anak gadis lima banding satu, meskipun anak perempuan seringkali tidak dikenali atau terdiagnosa mengalami gangguan belajar.
Penyebab dari dyslexia secara umum bisa jadi dari genetika, namun penyebab lain yang tidak umum adalah cedera pada kepala atau trauma. Beberapa anak dyslexia ternyata memproses informasi menggunakan area yang berbeda pada otak dibanding anak-anak tanpa kesulitan belajar. Walaupun begitu, ini bukan merupakan karakteristik pada semua anak dyslexia. Beberapa type dyslexia bisa menunjukkan perbaikan sejalan bertambahnya usia anak.
Gangguannya memang terjadi di otak ketika pesan yang dikirim tercampur aduk, sehingga sulit dipahami. Anak dengan gangguan ini sering frustrasi dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Penyebab dari dyslexia secara umum bisa jadi dari genetika, namun penyebab lain yang tidak umum adalah cedera pada kepala atau trauma. Beberapa anak dyslexia ternyata memproses informasi menggunakan area yang berbeda pada otak dibanding anak-anak tanpa kesulitan belajar. Walaupun begitu, ini bukan merupakan karakteristik pada semua anak dyslexia. Beberapa type dyslexia bisa menunjukkan perbaikan sejalan bertambahnya usia anak.
Gangguannya memang terjadi di otak ketika pesan yang dikirim tercampur aduk, sehingga sulit dipahami. Anak dengan gangguan ini sering frustrasi dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
APA SIH TANDA-TANDA DISLEKSIA ?
Disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis, melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif, kemampuan membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan dalam mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi, memahami irama musik, dll.
Bagaimana caranya untuk mengenali gangguan disleksia ini?? Mungkin tidaklah mudah untuk mengidentifikasikannya, namun kita sebagai orang awam bisa melihat beberapa tanda-tandanya, serta bisa bertanya kepada orang yang lebih ahli atau kepada terapis yang lebih tepat. Repotnya, gangguan disleksia adakalanya diikuti dengan gangguan penyerta lain seperti mengompol sampai usia empat tahun ke atas, nakal dan suka mengganggu teman serta mengganggu di kelas.
Tanda-tanda dari disleksia antara lain :
•Kesulitan mengasosiasikan (menghubungkan arti) suatu huruf dengan bunyinya
•Terbalik dengan huruf (dia jadi bia) atau kata (tik jadi kit)
•Kesulitan membaca kata tunggal
•Kesulitan mengeja kata tunggal
•Kesulitan mencatat huruf/kata dari papan tulis atau buku
•Kesulitan mengerti apa yang mereka dengar (auditory)
•Kesulitan mengatur tugas, material, dan waktu
•Kesulitan mengingat isi materi baru dan materi sejenisnya
•Kesulitan dengan tugas menulis
•Kesulitan pada kemampuan motorik halus (misalnya memegang alat tulis, mengancing baju)
•Tidak terkoordinasi
•Masalah perilaku dan/atau tidak suka membaca
Jika seorang anak menunjukkan sejumlah tanda-tanda dyslexia seperti diatas, sebaiknya segera rujuklah anak kepada lembaga pendidikan khusus atau ahli profesional yang terlatih dalam masalah dyslexia, untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Namun tanda-tanda diatas tidak mutlak tanda-tanda anak yang mengalami disleksia. Tanda-tanda diatas hanya sebagai panduan umum, bukan sebagai dasar diagnosis.
Bagaimana caranya untuk mengenali gangguan disleksia ini?? Mungkin tidaklah mudah untuk mengidentifikasikannya, namun kita sebagai orang awam bisa melihat beberapa tanda-tandanya, serta bisa bertanya kepada orang yang lebih ahli atau kepada terapis yang lebih tepat. Repotnya, gangguan disleksia adakalanya diikuti dengan gangguan penyerta lain seperti mengompol sampai usia empat tahun ke atas, nakal dan suka mengganggu teman serta mengganggu di kelas.
Tanda-tanda dari disleksia antara lain :
•Kesulitan mengasosiasikan (menghubungkan arti) suatu huruf dengan bunyinya
•Terbalik dengan huruf (dia jadi bia) atau kata (tik jadi kit)
•Kesulitan membaca kata tunggal
•Kesulitan mengeja kata tunggal
•Kesulitan mencatat huruf/kata dari papan tulis atau buku
•Kesulitan mengerti apa yang mereka dengar (auditory)
•Kesulitan mengatur tugas, material, dan waktu
•Kesulitan mengingat isi materi baru dan materi sejenisnya
•Kesulitan dengan tugas menulis
•Kesulitan pada kemampuan motorik halus (misalnya memegang alat tulis, mengancing baju)
•Tidak terkoordinasi
•Masalah perilaku dan/atau tidak suka membaca
Jika seorang anak menunjukkan sejumlah tanda-tanda dyslexia seperti diatas, sebaiknya segera rujuklah anak kepada lembaga pendidikan khusus atau ahli profesional yang terlatih dalam masalah dyslexia, untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Namun tanda-tanda diatas tidak mutlak tanda-tanda anak yang mengalami disleksia. Tanda-tanda diatas hanya sebagai panduan umum, bukan sebagai dasar diagnosis.
Bagaimana cara belajar disleksia?
Setelah anak dievaluasi, hasilnya akan menunjukkan dengan cara bagaimana anak bisa belajar paling baik. Ada anak yang belajar lebih baik dengan cara visual (melihat), auditori (mendengarkan), dan taktil (menyentuh/meraba). Menggunakan gaya belajar yang sesuai untuk tiap anak sangat penting supaya mereka bisa belajar lebih baik.
Visual (penglihatan)
Anak belajar paling baik dengan cara melihat informasi. Karena itu, cara mulai yang baik adalah dengan menggunakan kartu bergambar dengan kata-kata tertulis di bawahnya (flash card). Pilihlah kata-kata yang sesuai dengan level belajar anak. Selain itu, jika anak kesulitan dengan bunyi, tunjukkan di mana bunyi itu dibuat di dalam mulut secara umum. Contoh : tunjukkan huruf /t/ pada kartu, lalu arahkan ke dalam mulut Anda. Buatlah bunyi /t/ dengan gerakan yang berlebihan. Biarkan anak meniru tindakan Anda sambil melihat ke dalam cermin. Tingkatkan dengan kombinasi suku kata 2 huruf (ta, ti) dan 3 huruf (tas, top), dengan cara menyuarakan dan menulis. Bantulah juga dalam hal kemampuan mengelompokkan dengan menggunakan gambar-gambar dan kata pada kalender harian. Ulanglah kalender ini setiap hari, lalu tandai tugas-tugas yang sudah selesai.
Auditori (pendengaran)
Anak-anak auditori belajar paling baik dengan cara mendengarkan apa yang diajarkan. Untuk anak yang kesulitan pada masalah bunyi, ajarkan sepasang kata singkat dan mintalah anak untuk mengatakan kata mana yang betul (tas/das). Juga, mintalah mereka menulis huruf, kata, atau kalimat sementara Anda mengucapkan
Visual (penglihatan)
Anak belajar paling baik dengan cara melihat informasi. Karena itu, cara mulai yang baik adalah dengan menggunakan kartu bergambar dengan kata-kata tertulis di bawahnya (flash card). Pilihlah kata-kata yang sesuai dengan level belajar anak. Selain itu, jika anak kesulitan dengan bunyi, tunjukkan di mana bunyi itu dibuat di dalam mulut secara umum. Contoh : tunjukkan huruf /t/ pada kartu, lalu arahkan ke dalam mulut Anda. Buatlah bunyi /t/ dengan gerakan yang berlebihan. Biarkan anak meniru tindakan Anda sambil melihat ke dalam cermin. Tingkatkan dengan kombinasi suku kata 2 huruf (ta, ti) dan 3 huruf (tas, top), dengan cara menyuarakan dan menulis. Bantulah juga dalam hal kemampuan mengelompokkan dengan menggunakan gambar-gambar dan kata pada kalender harian. Ulanglah kalender ini setiap hari, lalu tandai tugas-tugas yang sudah selesai.
Auditori (pendengaran)
Anak-anak auditori belajar paling baik dengan cara mendengarkan apa yang diajarkan. Untuk anak yang kesulitan pada masalah bunyi, ajarkan sepasang kata singkat dan mintalah anak untuk mengatakan kata mana yang betul (tas/das). Juga, mintalah mereka menulis huruf, kata, atau kalimat sementara Anda mengucapkan
Apa yang dilakukan jika anak terjadi disleksia?
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan, anatara lain :
•Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara orang tua dan guru
•Anak duduk di barisan paling depan di kelas
•Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 50
•Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
•Anak disleksia yang sudah menunjukkkan usaha keras untuk berlatih dan belajar harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling dengan waktu istirahat yang cukup.
•Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara hjavascript:void(0)uruf yang hampir sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Murid harus diperlihatkan terlebih dahulu cara menulis huruf sambung karena kemahiran tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja. Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan murid harus dilatih menulis huruf-huruf yang hampir sama berulang kali. Misalnya huruf-huruf dengan bentuk bulat: ”g, c, o, d, a, s, q”, bentuk zig zag: ”k, v, x, z”, bentuk linear: ”j, t, l, u, y”, bentuk hampir serupa: ”r, n, m, h”.
•Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan sistem belajar yang praktikal. Selain itu kita perlu menyadari bahwa anak disleksia mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika, oleh karena itu tidak bijaksana untuk ”memaksakan” cara penyelesaian yang klasik jika cara terebut sukar diterima oleh sang anak.
•Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi demikian buruk akibat ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa anak menjadi individu dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak percaya diri. Dan jika hal ini tidak segera diatasi akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses terapi selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah orang-orang terdekat yang dapat membangkitkan semangatnya, memberikan motivasi dan mendukung setiap langkah usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan sekali-sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.
•Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara orang tua dan guru
•Anak duduk di barisan paling depan di kelas
•Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 50
•Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
•Anak disleksia yang sudah menunjukkkan usaha keras untuk berlatih dan belajar harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling dengan waktu istirahat yang cukup.
•Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara hjavascript:void(0)uruf yang hampir sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Murid harus diperlihatkan terlebih dahulu cara menulis huruf sambung karena kemahiran tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja. Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan murid harus dilatih menulis huruf-huruf yang hampir sama berulang kali. Misalnya huruf-huruf dengan bentuk bulat: ”g, c, o, d, a, s, q”, bentuk zig zag: ”k, v, x, z”, bentuk linear: ”j, t, l, u, y”, bentuk hampir serupa: ”r, n, m, h”.
•Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan sistem belajar yang praktikal. Selain itu kita perlu menyadari bahwa anak disleksia mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika, oleh karena itu tidak bijaksana untuk ”memaksakan” cara penyelesaian yang klasik jika cara terebut sukar diterima oleh sang anak.
•Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi demikian buruk akibat ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa anak menjadi individu dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak percaya diri. Dan jika hal ini tidak segera diatasi akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses terapi selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah orang-orang terdekat yang dapat membangkitkan semangatnya, memberikan motivasi dan mendukung setiap langkah usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan sekali-sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.
GANGGUAN BELAJAR
PENGERTIAN
Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi.
Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari matematika yang signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, dan melakukan dengan baik pada subjek yang lain. Diseleksia adalah gangguan belajar yang paling dikenal. Gangguan belajar tidak termasuk masalah belajar yang disebabkan terutama masalah penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau gangguan emosional.
Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi.
Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari matematika yang signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, dan melakukan dengan baik pada subjek yang lain. Diseleksia adalah gangguan belajar yang paling dikenal. Gangguan belajar tidak termasuk masalah belajar yang disebabkan terutama masalah penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau gangguan emosional.
TIPE-TIPE GANGGUAN BELAJAR
Adapun tipe-tipe gangguan belajar antara lain :
GANGGUAN MEMBACA
Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar di
bidang lainnya. Proses membaca ini merupakan suatu proses yang kompleks yang
melibatkan ke dua belahan otak. Gangguan membaca ditandai oleh gangguan kemampuan untuk mengenali kata, membaca yang lambat dan tidak tepat, dan pemahaman yang buruk tanpa adanya kecerdasan yang rendah atau defisit sensorik yang bermakna. Anak dengan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas (ADHD) memiliki resiko tinggi untuk gangguan membaca. Pada dasarnya, pencapaian membaca di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia, pendidikan, dan kecerdasan anak, dan gangguan cukup bermakna mempengaruhi keberhasilan akademik atau aktivitas harian yang melibatkan membaca. Persentasi dari Gangguan Membaca ini dikatakan sebesar 2- 8 % dari anak usia sekolah. Anak yang mengalami gangguan Membaca menunjukkan adanya :
i.Inakurasi dalam membaca, seperti ;
•Membaca lambat, kata demi kata jika dibandingkan dengan anak
seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur
•Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara
kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q, dll
•Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya, misalnya bau
dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa, dll
•Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa
ii.Pemahaman yang buruk dalam membaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya.
GANGGUAN MENULIS
Kondis ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu
komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan
dalam mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca,
paragraph dan tulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu, mereka juga
mengalami kemiskinan tema dalam karangannya.
GANGGUAN BERHITUNG
Gangguan berhitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan
aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi
pencapaian prestasi akademikanya atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Gejala yang ditampilkan di antaranya ialah;
•Kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka
•Kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan
•Kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi
•Inakurasi dalam komputasi
•Selalu membuat kesalahan hitungan yang sama
GANGGUAN MEMBACA
Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar di
bidang lainnya. Proses membaca ini merupakan suatu proses yang kompleks yang
melibatkan ke dua belahan otak. Gangguan membaca ditandai oleh gangguan kemampuan untuk mengenali kata, membaca yang lambat dan tidak tepat, dan pemahaman yang buruk tanpa adanya kecerdasan yang rendah atau defisit sensorik yang bermakna. Anak dengan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas (ADHD) memiliki resiko tinggi untuk gangguan membaca. Pada dasarnya, pencapaian membaca di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia, pendidikan, dan kecerdasan anak, dan gangguan cukup bermakna mempengaruhi keberhasilan akademik atau aktivitas harian yang melibatkan membaca. Persentasi dari Gangguan Membaca ini dikatakan sebesar 2- 8 % dari anak usia sekolah. Anak yang mengalami gangguan Membaca menunjukkan adanya :
i.Inakurasi dalam membaca, seperti ;
•Membaca lambat, kata demi kata jika dibandingkan dengan anak
seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur
•Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara
kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q, dll
•Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya, misalnya bau
dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa, dll
•Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa
ii.Pemahaman yang buruk dalam membaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya.
GANGGUAN MENULIS
Kondis ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu
komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan
dalam mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca,
paragraph dan tulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu, mereka juga
mengalami kemiskinan tema dalam karangannya.
GANGGUAN BERHITUNG
Gangguan berhitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan
aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi
pencapaian prestasi akademikanya atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Gejala yang ditampilkan di antaranya ialah;
•Kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka
•Kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan
•Kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi
•Inakurasi dalam komputasi
•Selalu membuat kesalahan hitungan yang sama
Langganan:
Postingan (Atom)